Jadi Lokasi Stasiun Kereta Cepat JKT-BDG, Walini Segera 'Dipermak'

Jadi Lokasi Stasiun Kereta Cepat JKT-BDG, Walini Segera 'Dipermak'

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 06 Mei 2016 13:58 WIB
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Pembangunan stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung dimulai di Walini, Bandung Barat. Lokasi pembangunan berada di lahan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Kota ini akan segera dibangun.

Staf Khusus High Speed Railway (HRS) PTPN VIII, Hendra Mardiana mengatakan, pihaknya akan mengubah perkebunan miliknya di Walini menjadi Kawasan Agroindustri dan Wisata Terpadu. Dua kebun yang akan menjadi kawasan baru ini adalah Kebun Panglejar dan Cikumpay.

Pembangunan ini sebenarnya sudah direncanakan sejak 2004, dan sudah mendapat izin dari Menteri BUMN sejak 2009. Kebetulan, pembangunan kereta cepat dilakukan, proyek ini akan memiliki potensi bisnis yang lebih besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akses ke Walini yang telah ada saat ini adalah kereta api, jalan provinsi, dan Tol Cipularang. Nanti akan ditambah dengan kereta cepat.

"Total area PTPN VIII yang akan dikembangkan menjadi Kota Walini seluas 2.873 hektar, terdiri dari areal tanaman teh di kebun Panglejar dan areal tanaman karet di kebun Panglejar dan Cikumpay. Konsep pengembangan lebih menitikberatkan pada kawasan ramah lingkungan dengan 70% areal hijau dan 30% areal pembangunan," papar Hendra dalam diskusi di acara 12th Indonesia Investment Week 2016 yang diadakan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (6/5/2016).

Jadi, 70% dari wilayah ini akan dipertahankan menjadi wilayah hijau dengan daya tarik tersendiri sebagai tempat wisata perkebunan. "Kami juga akan bangun residential perumahan, RS, hotel, apartmen dan seterusnya," imbuh Hendra.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan ingin mengubah Walini menjadi kota baru hijau bergaya Eropa. Ada rencana, tidak sembarangan kendaraan bisa masuk ke kota ini.

"Ada zona-zona tertentu yang tidak boleh masuk kendaraan sumber fosil atau bermotor. Zona hanya untuk pedestrian atau bersepeda," jelas Hendra.

"Nanti untuk mengangkat UMKM juga kita akan siapkan. Seperti farmer market, juga ada low cost housing (rumah murah), rumah-rumah yang taraf medium ke bawah yang bisa digunakan oleh karyawan-karyawan. Nanti kita akan maksimalkan orang lokal dilibatkan di situ," tutur Hendra.

Proyek pembangunan Walini ini, ujar Hendra, akan membutuhkan tenaga kerja hingga 7.000 orang. Secara bertahap, orang lokal akan diberikan pelatihan dan pendidikan tersebut. (wdl/wdl)

Hide Ads