Bila Direnovasi Jepang, Waktu Tempuh Kereta JKT-SBY Setara Pesawat

Bila Direnovasi Jepang, Waktu Tempuh Kereta JKT-SBY Setara Pesawat

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Jumat, 27 Mei 2016 13:00 WIB
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Jepang ditawari oleh Pemerintah Indonesia untuk proyek renovasi double track atau jalur kereta ganda lintas utara Jawa sepanjang 750 kilometer (km). Proposal penawaran sedang disampaikan Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) kepada Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe di Jepang.

Bila proposal diterima Pemerintah Negeri Sakura, maka proyek renovasi bisa dimulai. Proyeksi Kementerian Perhubungan (Kemenhub), kereta mampu melesat dari 100 km per jam menjadi 150 km per jam. Dengan kecepatan itu, naik kereta Jakarta-Surabaya hanya perlu waktu 5 jam, dari sebelumnya di atas 12 jam.

Ternyata, hitung-hitungan ini bisa disetarakan bila masyarakat memakai jasa angkutan udara. Kok bisa?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai gambaran, stasiun keberangkatan di Jakarta berada di Stasiun Gambir yang berada di pusat kota Jakarta sedangkan di Surabaya berada di Stasiun Pasar Turi yang juga berada di pusat kota.

Berbeda dengan angkutan udara, baik Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Bandara Internasional Juanda, berada di luar pusat kota sehingga pengguna jasa memerlukan waktu untuk sampai ke pusat kota. Belum lagi, ada masalah ketepatan waktu yang acapkali menghadapi persoalan delay karena padatnya lalu lintas penerbangan.

"Alasannya itu kalau 150 km per jam. Kalau 750 km kan bisa 5 jam. Sekarang pesawat kan teorinya 1 jam 10 menit, coba kita ke Bandara Soekarno Hatta berapa jam? Masih nunggu lagi take off, kemudian dari Juanda ke Kota Surabaya pasti di atas 5 jam sekarang. Nah sedangkan ini dari Gambir di tengah kota sampai ke Pasar Turi di tengah kota juga kan. Artinya itu yang dibutuhkan," jelas Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Prasetyo Boeditjahjono kepada detikFinance di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Kamis (26/5/2016).

Meski nantinya bisa memiliki waktu setara, Kemenhub belum berani merinci berapa besaran harga tiket kereta yang akan dijual jika kereta dengan kecepatan medium itu sudah beroperasi. Apalagi, Pemerintah Indonesia dan Jepang sedang dalam tahap negosiasi.

"Nanti itu urusannya PT KAI," imbuh Prasetyo. (feb/feb)

Hide Ads