Para pengemudi truk yang mengangkut bawang merah itu melaporkan hal tersebut kepada Kementerian Pertanian (Kementan).
"Saya datang ke sini (Gudang Bulog) karena ada telepon masuk ke kita (Kementerian Pertanian) bawang merah dari Bima, sudah tiga hari belum dibongkar (bongkar muat di gudang Bulog)," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono ditemui di lokasi gudang, Jakarta, Jumat (27/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Spudnik, bawang merah yang diangkut menggunakan truk harus segera dikeluarkan dan dipindahkan ke tempat penyimpanan begitu tiba di lokasi tujuan. Bila tidak, uap yang keluar dari bawang itu sendiri akan menimbulkan kumpulan air yang bisa menyebabkan bawang di tumpukan paling bawah menjadi busuk.
![]() |
"Karena, bawang merah itu meskipun sudah kering tetap memiliki kandungan air. Kalau terlalu lama dibungkus, dia akan berkeringat (beruap) uap airnya akan bikin dia (bawang merah) jadi basah. Itu yang bikin rusak," tutur dia.
Untuk itu, ia berpesan kepada kepala gudang untuk segera melakukan bongkar muat agar bawang merah yang sudah didatangkan rusak dan tidak bisa dijual.
"Kami (Kementerian Pertanian) kan sudah membantu menyediakan bawang. Kalau nggak bisa digunakan kan sayang anggaran yang sudah dikeluarkan," pungkas dia.
Sebanyak 34 truk bermuatan penuh bawang merah datang di Gudang Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Jakarta sejak Rabu lalu. Bawang merah ini didatangkan dari sentra produksi bawang Merah di Bima, Nusa Tenggara Barat.
![]() |
Pantauan detikFinance, saat ini sejumlah truk bermuatan penuh bawang tampak mejeng di area komplek pergudangan milik Perum Bulog yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Terpal yang menutupi bagian atas bak truk-truk warna-warni ini tampak terbuka sehingga karung-karung bawang merah terlihat di dalamnya. Tercium pula aroma khas bawang merah dari kejauhan.
![]() |