Rizal Ramli: Selama Ini, Kapal Pesiar Asing Susah Sekali Masuk RI

Rizal Ramli: Selama Ini, Kapal Pesiar Asing Susah Sekali Masuk RI

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 13 Jun 2016 15:30 WIB
Foto: BBC Magazine
Jakarta - Kemudahan-kemudahan dalam regulasi terus diberikan pemerintah untuk menarik wisatawan asing yang berlibur dengan menggunakan kapal pesiar (cruise) dan kapal layar (yacht).

Hal ini juga menjadi salah satu fokus Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya demi mendukung pariwisata maritim yang saat ini juga menjadi visi pemerintah yang memusatkan pondasi negara pada poros maritim.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengatakan bahwa salah satu yang selama ini sulit untuk mengundang kapal pesiar mewah masuk ke Indonesia adalah masih adanya pemberlakuan sistem CAIT (Clearance Approval for Indonesian Territory) yang dirasa terlalu administratif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama ini untuk masuk ke Indonesia susah sekali karena ada sistem CAIT. Yaitu suatu sistem yang sangat mengandalkan security tapi membuat para turis sulit untuk datang ke Indonesia termasuk kapal cruise, yacht. Itulah yang menjelaskan kenapa ratusan kapal cruise mampir di Malaysia, Singapura, Thailand, dan hanya sedikit yang mampir di Indonesia," katanya dalam paparan di Ruang Badan Anggaran Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Senin (13/06/16).

CAIT merupakan izin masuk bagi kapal wisata asing seperti yacht dan cruise. Pemerintah melalui Kemenko Maritim dan Sumber Daya berencana menghapuskan sistem ini dan diganti dengan yang lebih berlandaskan IT based.

"Kami memutuskan untuk menghapuskan CAIT untuk menggunakan pendekatan security yang lebih IT based untuk mendetect masalah-masalah keamanan, tapi tidak menggunakan pendekatan yang terlalu administratif lagi, hanya bikin sulit sehingga butuh waktu empat bulan untuk kapal cruise masuk, dan sekarang itu kurang dari 5 hari online. Yacht juga, butuh waktu mingguan, sekarang kurang dari 24 jam. Sekarang sudah banyak mulai mendaftar untuk bisa masuk ke Indonesia, mendukung pariwisata maritim," tambahnya.

Sementara itu, untuk mendukung bertambahnya jumlah wisatawan yang notabene menjadi sumber devisa negara, Rizal mengatakan pemerintah mencoba untuk melakukan pembebasan visa. Langkah ini pun dirasa cukup kontroversial.

"Pada waktunya kami akan melakukan selective review hasilnya dan manfaatnya, kalau memang ada trouble kami akan lakukan koreksi. Tetapi secara umum pembebasan visa ini manfaatnya sangat besar," tandasnya.

Rizal mengatakan bahwa adanya pembebasan visa, jumlah visa bisa mencapai target, karena itu akan meningkatkan jumlah turis dari angka 10 juta menjadi 20 juta dalam 5 tahun mendatang. Ini juga dapat meningkatkan devisa negara dua kali lipat dari US$ 10 miliar ke US$ 20 miliar.

"Sektor turis dalam 5-10 tahun yang akan datang akan menjadi sektor yang menghasilkan devisa nomor 1 di Indonesia, mengalahkan sektor migas maupun sawit. Tapi itu hal yang biasa, negara Spanyol, Italia, Uunani besar dari sektor pariwisata," tutupnya. (feb/feb)

Hide Ads