Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, menyatakan sekarang Eropa dan Jepang masih berada dalam kebijakan suku bunga negatif. Ini artinya investor yang masuk ke pasar keuangan di negara setempat justru akan mengalami kerugian.
"Kalau Bapak Ibu sebagai investor pasti tidak akan mau menempatkan dana di mana negaranya tidak memberikan keuntungan apalagi kerugian," ungkapnya, di acara UOB-Indonesia Economic Outlook 2017 di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (16/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi memang tidak ada tempat yang lebih baik (dari Indonesia) di antara dunia yang buruk sekarang," imbuhnya.
Fundamental ekonomi masih dalam kategori baik. Ekonomi mampu untuk tumbuh di atas 5% dengan inflasi yang terjaga di sekitar 3%. Pada sisi lain defisit transaksi berjalan juga bisa dijaga dalam batas aman. Maka tidak banyak risiko yang terlalu dikhawatirkan.
"Indonesia menjadi salah satu negara atraktif di dunia," terang Chatib.
Salah satu risiko yang tadi cukup dikhawatirkan adalah dari sisi fiskal. Penerimaan pajak yang terlalu ambisius di awal tahun mengancam defisit anggaran melebar melewati batas 3% terhadap PDB. Sebab ternyata hingga pertengahan tahun, penerimaan pajak jauh dari target.
Hingga akhir Oktober, penerimaan pajak hanya tumbuh 0,41% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pemerintah cukup beruntung karena akhirnya program pengampunan pajak atau tax amnesty menambah penerimaan negara sekitar Rp 98 triliun.
Pemerintah melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani, juga sudah mengambil langkah pemangkasan anggaran belanja dalam jumlah besar. Ini penting untuk menjaga keseimbangan anggaran dan mengembalikan kepercayaan investor terhadap Indonesia.
"Langkah pemotongan anggaran oleh Bu Sri Mulyani sangat tepat, karena itu mengantisipasi risiko fiskal yang kemudian muncul," tukasnya. (mkl/wdl)