Cerita Chatib Basri Belajar Tangani Kenaikan Harga BBM dari Sri Mulyani

Cerita Chatib Basri Belajar Tangani Kenaikan Harga BBM dari Sri Mulyani

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Rabu, 30 Nov 2016 17:00 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta - Muhamad Chatib Basri pernah menjabat Menteri Keuangan (Menkeu) periode Mei 2013-Oktober 2014, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut Chatib, tugas pertama sebagai Menkeu saat itu datang ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menyampaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) harus naik.

Kenapa harga BBM di 2013 lalu harus naik? Menurut Chatib, kenaikan harga BBM itu harus dilihat dalam siklus ekonomi, bukan hanya karena harga minyak dunia yang tinggi.

"Saat Ibu Sri Mulyani jadi Menkeu, pertumbuhan ekonomi bisa dibuat 4,6% dan perlahan naik. Tingkat bunga di global diturunkan, modal masuk ke Indonesia. Ekonomi Indonesia jadi kuat," kata Chatib dalam Seminar Nasional Tantangan APBN dari Masa ke Masa, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (30/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada saat ekonomi baik, harus countercyclical. Jadi 2011, kalau boleh auto kritik, harga BBM harus naik. Tapi situasi nggak memungkinkan. Coba di 2012, lalu ditolak DPR. Dan, di 2013 agak terlambat," lanjut Chatib.

Menurut Chatib, penetapan kenaikan harga BBM pada 2013 lalu lebih mudah karena tinggal mengikuti persyaratan anggaran yang sudah ditetapkan Sri Mulyani. Sebab, saat menjadi Menkeu, Sri Mulyani juga pernah menangani kenaikan harga BBM pada 2008.

Sedangkan saat itu, Chatib Basri menjadi staf khusus Sri Mulyani.

"Saya orang yang beruntung jadi staf Ibu Sri Mulyani di 2006-2010. Syaratnya sudah tertata, rapat pertama ini tinggal mengikuti mengenai bujet, kompensasi dan dilihat secara detail. Relatif lebih mudah karena pernah mengikuti Ibu Sri Mulyani menaikkan BBM 2008, sehingga tahu polanya BBM harus naik, dan ada pola kompensasi," tutur Chatib. (hns/drk)

Hide Ads