"Kalau sekarang ritel-ritel semakin berkurang, karena orang semuanya masuk ke digital, tenaga kerja harus dipekerjakan apa? Anda tentu bicara tentang satu outlet masuk ke website, dan kalau anda lihat dari salesnya, dalam bentuk ritel visit, dengan sales digitalnya, makin lama makin gede yang digital. Dan they don't need to hire more people. Kalau secara nasional, that means something," katanya saat memberikan paparan dalam acara economy outlook bersama Masyarakat Telematika (Mastel) di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (1/12/2016).
Hal ini dirasakan Sri Mulyani setelah membaca laporan dari Menkominfo Rudiantara yang dibawa pada saat sidang kabinet beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bayangkan, dan nggak ada orang di situ. Saya cuma masuk, terus dibilang ya ini yang bisa anda beli. Saya baca itu like entertaining, tapi juga terrifying kalau mengingat konsekuensinya terhadap 250 juta rakyat Indonesia yang akan menjadi 300 juta. What are they going to be prepare untuk menghadapi masa seperti itu?" ungkap Sri.
"Saya sekarang deg-degan sebagai policy maker, apa yang akan terjadi pada sales person ini," tambahnya.
Ia pun berharap kepada para pegiat teknologi untuk bisa membantu pemerintah dalam mengidentifikasi, bagaimana yang harus dilakukan dalam menghadapi kenyataan yang mungkin terjadi ini.
Tidak hanya melulu meminta insentif agar bisnis atau usahanya dapat berjalan dengan lancar, tapi para pakar telekomunikasi ini diharapkan bisa memberikan kontribusi yang lebih ke depan.
"Jadi saya ingin menggugah Anda untuk membantu kita semua pemerintah. I really encourage you untuk memikirkan beyond yang hanya kekinian. Akhirnya pemerintah akan dibantu buat policy ke depan. Sehingga tidak hanya minta PPn-nya dihapuskan, mendapatkan subsidi. Ya okelah, saya akan mendengarkan itu, but let's invest for the future. Karena saya tahu masa depan Indonesia jauh lebih baik dengan diisi oleh orang-orang yang punya visi dan kreatif yang baik," tukasnya. (ang/ang)