Demikian diungkapkan Wiliem Petrus Rivu, Direktur Minuman, Tembakau dan Bahan Penyegar, Direktorat Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian dalam Acara Apresiasi 150 Tahun Nestle di Panjang, Bandar Lampung, Sabtu (3/12/2016).
"Kementerian perindustrian mendorong kepada para petani jangan ekspor biji, tapi yang sudah diproses," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemenperind akan mengalokasikan para ahli pengolahan kopi lebih banyak," ungkapnya.
Wiliem menuturkan, kalau dari sisi volume, ekpor biji kopi sudah dalam tren penurunan. Negara tujuan ekspor biji kopi adalah Amerika Serikat (AS). Dari sisi impor, memang mayoritas adalah hasil olahan.
"Karena banyak industri dalam negeri, impor hasil produk kopi menurun," terang Wiliem.
Kepala Dinas Perkebunan Lampung Edi Yanto menyatakan, Indonesia kini menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil kopi robusta terbesar di dunia, di bawah Brasil dan Vietnam.
Khusus untuk wilayah Lampung sendiri, produksinya mencapai 100.000 - 131.000 ton per tahun dengan luas perkebunan kopi yang mencapai 173.670 hektar atau sama dengan 800-900 kg per hektar.
"Peningkatan kualitas dan produktivitas kopi di Lampung sangat penting untuk membuka peluang pasar yang lebih besar lagi bagi para petani kopi, termasuk untuk ekspor," kata Edi pada kesempatan yang sama. (mkl/ang)