Referendum Italia Dinilai Tak Pengaruhi Kondisi Global

Referendum Italia Dinilai Tak Pengaruhi Kondisi Global

Yulida Medistiara - detikFinance
Senin, 05 Des 2016 17:10 WIB
Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo
Jakarta - Situasi perekonomian dunia saat ini dipengaruhi beberapa faktor politik seperti keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Kini juga dipengaruhi kondisi politik di Italia yang tengah memanas karena Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi mengundurkan diri pasca kalah dari referendum Italia.

Pengamat Ekonomi Faisal Basri menilai, situasi perekonomian di Italia sedang terpuruk, di mana perbankan dan pasar sahamnya paling rendah di dunia. Namun, kondisi situasi di Italia akan semakin parah pasca mundurnya Renzi karena kalah dari referendum tersebut.

"PM nya mundur, berarti reform di Italia akan tersendat, status quo yang menang, parlemennya tetap kuat. Ekonomi Italia akan tambah parah, sekarang pertumbuhannya minus, pasar sahamnya paling terburuk di dunia," kata Faisal, di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (5/12/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, dampak melemahnya perekonomian Italia tersebut dinilai tidak akan berdampak pada dunia. Hal itu karena kontribusi pertumbuhan ekonomi Italia relatif kecil. Hal tersebut tentunya tidak akan berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia.

"Tapi kan share Italia relatif kecil, besaran juga ekonomi Indonesia dari pada Italia," imbuhnya.

Minggu kemarin, warga Italia melakukan referendum yang krusial. Referendum ini dilakukan untuk menentukan apakah rakyat Italia menyetujui reformasi konstitusional yang akan dilakukan oleh Perdana Menteri, Matteo Renzi.

Nilai tukar euro anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS), capai ke titik terendahnya dalam 20 bulan terakhir. Euro juga anjlok terhadap rupiah.

Pemicunya adalah Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, yang mengumumkan pengunduran diri pasca kalah di referendum Italia. Sebab, rakyat Italia memilih untuk tidak menyetujui usulan reformasi yang disampaikan Renzi.

Meski begitu, dari segi keuangan Italia dinilai dapat bertahan karena pemerintahannya dinilai dapat menjaga kondisi utang. Jika dibandingkan dengan Yunani yang waktu itu mengalami krisis, Italia dinilai lebih baik.

"Utang Italia cukup besar, tapi kan dia punya lapis-lapis. Tidak berpotensi dalam jangka pendek mengalami default seperti Yunani, kecuali Italia seperti Yunani akan pengaruh ke pasar keuangan, tapi ini akan minor sekali," kata Faisal.

Dilansir dari CNN, Senin (5/12/2016), Italia memiliki kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 360 miliar euro atau sekitar US$ 383 miliar. Jumlahnya 1/3 dari total NPL di seluruh eurozone. (drk/drk)

Hide Ads