Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam seminar bertajuk Unlocking Public and Private Investment in Indonesia: Role of Financial Sector di Hotel Hilton, Bali, Rabu (8/12/2016).
"Teknologi selalu mengalami kemajuan. Selalu ada perubahan teknologi dengan sangat cepat. Ini bisa mengancam tenaga kerja Indonesia," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani belum melihat adanya kemajuan masyarakat untuk mengenal teknologi yang ada ataupun menciptakan teknologi baru. Di mana seharusnya diharapkan bisa mendorong peningkatan produktivitas.
"Jadi ada pola berulang yang terjadi di masyarakat dari orang tua ke anaknya juga," ujar Sri Mulyani.
Ada banyak sektor lain yang juga terancam kemajuan teknologi. Posisi tenaga kerja bisa saja digantikan oleh teknologi tersebut. Misalnya adalah industri padat karya yang memiliki jumlah tenaga kerja sangat besar.
"Teknologi itu bisa menutup peluang untuk industri padat karya untuk tumbuh. Kalau lapangan kerja tidak tersedia cukup banyak maka angka pengangguran akan bertambah. Kita harus segera mempersiapkan," paparnya.
Antisipasi yang diperlukan memang harus dalam jangka pendek dan panjang. Bila hanya mengandalkan pendidikan yang berjalan sekarang, sulit untuk menciptakan tenaga kerja yang bisa mengimbangi kemajuan teknologi.
Misalnya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Sri Mulyani ada ketidakmampuan lulusan SMA untuk langsung beradaptasi dengan dunia kerja. Sehingga dibutuhkan pelatihan khusus agar kemampuannya sesuai dengan lapangan kerja yang dituju.
"Saat sekolah dengan dunia kerja itu berbeda. Tenaga kerja kita harus memiliki skill khusus yang diakui," tandasnya. (mkl/ang)