Acara dilangsungkan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak), Jakarta Selatan. Setidaknya ada sekitar 100 orang dari berbagai Agama hadir dalam dialog tersebut. Di awali dengan paparan dari Sri Mulyani.
Dalam paparannya, Sri Mulyani menyampaikan kondisi Indonesia dari sisi ketimpangan pendapatan di Indonesia atau gini ratio. Di mana ada jurang antara orang yang kaya dengan yang miskin. Angka gini ratio terakhir adalah 0,39 atau turun dari yang sebelumnya 0,41.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani kemudian melanjutkan dengan membahas tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Baik dari Amerika Serikat (AS), China dan masih rendahnya harga komoditas. Meskipun pada sisi lain, ekonomi Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.
"Kalau sisi pertumbuhan ekonomi mungkin kita tidak ada masalah," tegasnya.
Pertumbuhan ekonomi, kata Sri Mulyani bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Instrumen dari pemerintah yang digunakan untuk mendorong ekonomi tumbuh adalah dari APBN yang mayoritas bersumber dari pajak.
Sri Mulyani kemudian mengajak agar para Pemuka Agama berperan aktif untuk mendorong penerimaan pajak. Tak lupa disampaikan terkait dengan rogram pengampunan pajak atau tax amnesty yang masih menyisakan satu periode terakhir.
"Kami mengharapkan kepada Pemuka Agama yang memilki fungsi dan peran dan tanggung jawab luar biasa, kita mengharapkan partisipasi untuk mendorong ini semua," terang Sri Mulyani.
Paparan Sri Mulyani berlangsung selama 45 menit sejak pukul 09.45 WIB. Selanjutnya adalah penyampaian paparan dari Pemuka Agama. (mkj/ang)