Meski kontrak sudah diteken, namun skema pembiayaan proyek bernilai Rp 23,3 triliun ini belum juga diputuskan. APBN tidak sanggup membiayai seluruh nilai proyek ini.
Adhi Karya sudah lama menalangi proyek ini terlebih dahulu. Nilai proyek yang sudah ditalangi Adhi Karya adalah Rp 2 triliun, yang berasal Penyertaan Modal Negara (PMN) di 2015 sebesar Rp 2,4 triliun dan sisanya kas internal perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama Adhi Karya, Budi Harto, mengatakan tahun ini pihaknya kembali menalangi proyek ini senilai Rp 7 triliun, untuk mengejar target progres pembangunan sebesar 40%. Adapun progres pembangunan LRT Jabodebek tahap pertama ini sekitar 13%.
"Rp 7 T untuk tahun ini, Adhi karya sudah siap untuk mendanai urusan pendanaan itu, untuk target rampung tahun ini 40%," katanya saat ditemui di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (10/2/2017).
Adapun dana Rp 7 triliun tersebut, kata dia, akan dicari sumber pendanaannya dari obligasi dan pinjaman perbankan yang akan dilakukan secara bertahap.
Meski demikian, ia mengaku saat ini proses obligasi masih pada tahap pemilihan beauty contest untuk penjamin emisi atau underwritter.
Baca juga: https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3416466/500-tiang-proyek-lrt-jabodebek-sudah-terbangun
"Sumber dananya dari obligasi dan perbankan. Saat ini masih penunjukan underwritter. Besarnya Rp 7 triliun secara bertahap. Itu ada dari bank BUMN dan swasta juga ada," tutur Budi.
Baca juga: https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3415206/apbn-tidak-sanggupi-pembiayaan-lrt-jabodebek
Ia mengatakan, kas perusahaan saat ini masih cukup melakukan pendanaan untuk pekerjaan LRT yang masih terus berlangsung. Untuk itu ia mengaku optimis, target pengerjaan LRT sebesar 40% hingga akhir tahun bisa terlaksana.
"Kira-kira sampai pertengahan cukup lah (pendanaan). Masih optimis," tukasnya.
(wdl/wdl)











































