Kebijakan America First disinyalir bisa memperkuat nilai tukar dolar terhadap rupiah, dan bahkan mata uang negara lain. Di sisi lain, penguatan dolar AS bisa menguntungkan Indonesia.
Misalnya dari segi pariwisata, wisatawan mancanegara cenderung memilih untuk berlibur di Indonesia dibandingkan ke AS karena risiko nilai tukar AS yang menguat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk wisatawan Jepang akan jauh lebih murah ke Bali daripada ke Hawai. Kita harus siap-siap kita sesuaikan supaya bisa garap peluang ini," kata Kepala BKPKM Thomas Lembong dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (22/2/2017).
Di sisi lain, penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah bisa meningkatkan ekspor Indonesia, khususnya ke AS. AS akan lebih murah mengimpor dari Indonesia dengan nilai tukar dolar yang mengalami penguatan terhadap rupiah.
"America First dampaknya yang kita antisipasi dolar akan semakin menguat. Kalau dolar AS menguat akan sedot impor kita," ujar Lembong.
Baca juga: Trump Luncurkan 'America First', Apa Dampaknya ke Ekspor RI?
Sektor pariwisata ini dianggap paling strategis karena menawarkan jasa. Sektor ini juga bisa menyerap lapangan kerja lebih banyak dibandingkan industri sektor lain.
"Boleh dibilang pariwisata optimal, ideal, karena berorientasi ekspor. Wisatawan mancanegara bayar pakai dolar, yen, euro. Kalau mau ngomong lapangan kerja, enggak ada yang padat karya kecuali sektor jasa," tutur Lembong. (hns/hns)











































