Di depan sekitar 200-an pejabat eselon I, eselon II, dan eselon III ini, Laode bercerita panjang lebar terkait konsekuensi pejabat jika sampai diciduk KPK. Salah satunya menghuni penjara sempit di gedung KPK yang baru.
"Ketika pindah ke kantor baru, saya langsung periksa penjara yang baru yang sedang dibangun. Sorenya saya diantar, itu benar-benar penjara beneran seperti di film-film. Tebal dindingnya dengan pintu besi berat. Lebih maksimum security dibanding Cipinang," ucap Laode memulai ceritanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam ruang penjara yang berisi 34 sel tahanan ini, kata Laode, hanya berlantaikan semen. Ventilasinya pun kecil dan berada di ketinggian 6 meter.
"Saya masuk ke salah satu ruangannya, ada dua (tempat tidur), saya duduk, saya tanya kenapa tinggi ventilasinya 6 meter. Ternyata ketentuannya seperti itu agar tidak dipakai untuk orang melarikan diri atau gantung diri. Saya coba lay down (berbaring), dingin sekali. Saya tanya katanya nanti pakai kasur busa," ujar Laode.
Saat duduk sendirian di ruang tahanan seorang diri, Wakil Ketua KPK yang berasal dari Sulawesi Tenggara ini kemudian membayangkan cukup menderitanya tahanan korupsi KPK yang nanti meringkuk di kamar tersebut.
"Di ubin itu saya duduk 10 menit sendirian. Mikir saya, setelah saya tinjau, saya pulang ke rumah dan langsung sembayang, itu sembayang paling khusuk saya selama hidup saya. Saya harap semoga saya, anak saya, istri saya, atau keturunan saya tidak masuk ke situ. Sangat intimidated. Mudah-mudahan tidak satu pun di sini yang lihat itu dalam riil live (kehidupan nyata)," tutur Laode. (idr/hns)