Namun, menurut pengusaha nasional Chairul Tanjung, pencapaian itu tak mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia secara utuh. Sebab, kinerja kinclong di pasar modal tak sejalan dengan pasar tradisional.
Penjualan di pasar tradisional saat ini cenderung turun. Menurut pria yang akrab disapa CT itu, salah satu contohnya adalah Pasar Tanah Abang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lantas, benarkah penjualan di Pasar Tanah Abang turun?
"Kalau dibandingkan tahun sebelumnya memang agak menurun. Enggak tahu juga sih karena apa, mungkin karena lebih banyak saingan," ungkap salah seorang pedagang pakaian bernama Mega saat berbincang dengan detikFinance di kiosnya, Jakarta, Selasa (4/3/2017).
Mega mengatakan, penurunan terlihat dari jumlah omzet per hari yang turun dari tahun sebelumnya. Padahal, kata dia, kondisi pengunjung di Pasar Tanah Abang tetap ramai.
"Omzetnya rata-rata Rp 8 juta sampai Rp 10 juta kalau sekarang. Tahun sebelumnya bisa Rp 20 juta Hari ini saja paling hanya Rp 5 juta. Kalau kondisi pengunjungnya setiap hari sih ramai-ramai saja. Cuma kalau beli tidak terlalu banyak, paling hanya tanya-tanya doang," kata Mega.
![]() |
Senada dengan Mega, salah seorang pedagang lainnya bernama Hamid juga merasakan hal yang sama. Menurutnya, kondisi penjualan pada tahun ini mengalami penurunan.
"Sekarang menurun penjualan. Kurang tahu ya kenapa, mungkin karena perekonomian menurun. Di sini kan pusat perdagangan, jadi kalau perekonomian turun, di sini juga turun. Bisa 30% penurunannya," kata Hamid.
Baca juga: Waspada, Pertumbuhan Toko Online Bisa Gusur Toko Fisik
Pedagang lainnya bernama Era mengatakan, naik turunnya permintaan adalah hal yang wajar. Tapi, menurut Era, penjualannya cenderung stabil .
"Kalau naik turun mah wajar, mungkin karena perekonomian masyarakat saja sih. Tapi enggak ada penurunan atau bagaimana dari tahun lalu. Omzetnya standar Tanah, tergantung setiap toko. Kalau di sini sekitar Rp 20 juta-an," tutur Era. (hns/hns)