Salah seorang warga Desa Pengangsalan yang juga berprofesi sebagai pengrajin songkok, Suwitomo kepada wartawan mengakui kalau pesanan songkok hasil kerajinannya mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Suwitomo membandingkan, jika pada hari-hari biasa mereka hanya memproduksi 50 kodi setiap 10 hari, maka menjelang bulan puasa ramadhan pesanan mereka bisa naik sampai 80 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Suwitomo merinci, jika pada hari-hari biasa dalam 10 hari memproduksi songkok 50 kodi, tapi menjelang bulan ramadhan ini naik hingga 125 kodi. Kenaikan ini, kata Suwitomo, akan terus terjadi hingga menjelang hari raya idul fitri.
"Kenaikan ini terjadi hingga menjelang hari raya dan permintaan dari berbagai kota di Indonesia," terangnya.
Suwitomo mengungkapkan, pengiriman songkok hasil karya warga Desa Pengangsalan tidak hanya dijual di kota-kota sekitar Lamongan saja, tapi juga ke luar pulau. Bahkan, ada juga permintaan songkok dari negara jiran seperti Malaysia dan Brunei. "Kami bersyukur, ternyata songkok buah karya warga kami banyak diminati," ujarnya.
![]() |
Sementara, warga Desa Pengangsalan yang lain, Didik kepada wartawan mengatakan, hampir 80 persen penduduk Desa Pengangsalan berprofesi sebagai pengrajin songkok sehingga desanya dikenal sebagai desa Songkok. Dulu, Didik bercerita, warga Desa Pengangsalan mengambil garapan dari Gresik dan disetorkan kembali ke Gresik, tetapi saat ini mereka sudah bisa mandiri dengan membuat dan memasarkan sendiri hasil Songkok karya mereka.
"Sekarang, bahan-bahan Songkok pun warga sudah bisa membeli sendiri dan dijual langsung secara mandiri," tuturnya. (mkj/mkj)