Penurunan tersebut, kata Enggar, terjadi setiap pekan, dari yang sebelumnya tembus di atas Rp 60.000 per kilogram (kg), perlahan mendekati harga yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 38.000 per kg.
"Bawang putih harga setiap minggu kita turun. Kalau enggak percaya sekarang ini kita batasi Rp 38.000 mereka sudah turun perlahan Rp55.000, Rp50.000, Rp45.000, Rp40.000 mendekati Rp38.000," kata Enggar di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enggar mengaku, pemerintah telah menemukan pangkal permasalahan yang membuat tingginya harga jual bawang putih, yaitu adanya penimbunan yang dilakukan para importir.
Belum lama ini, pemerintah telah membongkar gudang yang menimbun bawang putih impor dari China dan India sebanyak 182 ton.
"Stok baru sudah ada, begitu terjual maka harga stok lama akan turun, Enggak ada urusan sama ruginya. Untungnya bagaimana," jelas Enggar.
Tidak hanya itu, Enggar mengungkapkan, harga pangan strategis sampai saat ini masih stabil, bahkan pemerintah mengajak Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mengawasi pergerakan harga pangan di tingkat ritel.
"Jadi tolong diberitakan bahwa harga di retel modern, harga gula Rp 12.500, harga minyak goreng kemasan sederhana Rp 11.000 . Kemudian harga daging Rp 80.000. Itu sudah sepakati sudah diharuskan," pungkas Enggar. (hns/hns)