"Kalau pembeli daging kerbau itu itu rata-rata dari usaha pedagang keliling dan warung-warung makan. Karena memang daging kerbau cocok dan harga relatif lebih murah. Mereka kayak jual bakso, warung padang, restoran, bahkan sekarang katering pun pakai daging kerbau India," ujar Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi, kepada detikFinance, Senin (29/5/2017).
Sedangkan konsumen rumah tangga memilih daging sapi segar ketimbang daging beku. Menurut Asnawi, meski konsumen rumah tangga belum berminat makan daging kerbau impor India, kehadiran daging tersebut telah memangkas jumlah pemotongan sapi di rumah jagal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, kata Asnawi, rumah jagal di Jakarta memotong hingga 700 sapi per hari, tapi jumlah tersebut turun setelah ada impor daging kerbau India.
"Sekarang turun hampir separuhnya sekitar 45%. Saat paling sehari jagal untuk Jakarta hanya potong 400-an ekor," terang Asnawi.
Para pedagang daging di pasar becek, lanjutnya, hanya membeli daging kerbau dengan kualitas secondary cut. Sementara untuk jenis CL banyak diserap oleh industri makanan olahan.
"Kalau pedagang ambil yang kualitas secondary cut karena itu yang laku. Kalau untuk yang CL itu dipakai untuk industri olahan makanan karena banyak lemak, harganya murah dijual dari distributor sekitar Rp 64.000-65.000/kg," ujar Asnawi. (idr/hns)