Direktur 5758 Coffee Lab, Adi Taroepratjeka, mengatakan persepsi masyarakat Indonesia bahwa kopi adalah minuman dengan rasa khas pahit membuat Robusta begitu melekat dalam selera lidah orang Indonesia. Dari 630.000 ton kopi yang diproduksi setahun di Indonesia, sebanyak 60% merupakan jenis Robusta.
"Penyebabnya simpel, karena sejak dulu beberapa generasi kalau minum kopi yang pahit dan kental. Kalau di pasar kopi luar negeri, yang dicari adalah Arabica dari Indonesia," terang Adi saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (5/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, lanjut Adi, seiring semakin banyaknya kedai kopi di Indonesia, mulai banyak masyarakat khususnya kalangan muda yang mulai terbiasa dengan Arabica.
"Kopi zaman orang tua dulu ya Arabica, kopi harus pahit, harus gula dan sebagainya. Sekarang generasi muda sudah mulai bergeser ke Arabica yang rasanya asam dan fruity," kata Adi.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Ekportir Kopi Indonesia (AEKI), Pranoto Soenarto, soal selera orang Indonesia yang lebih condong ke Robusta sebenarnya hal yang jamak di Asia Tenggara. Faktor lainnya, yakni persepsi yang sudah lama terbentuk mengenai Arabica yang kurang populer.
"Secara umum kalau orang di Asia Tenggara memang lebih suka Robusta. Ada pula karena ada anggapan kalau kopi rasanya asam itu kopi sudah lama (disimpan) dan bau. Padahal rasa Arabica memang asam. Akhirnya lebih suka kopi pahit (Robusta)," ujar Pranoto.
Dia menuturkan, meski lebih rendah dibandingkan negara lain, konsumsi kopi masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan. Setidaknya tumbuh 8% per tahun.
"Dulu beberapa tahun lalu konsumsi kopi per kapita Indonesia hanya 0,8 kg atau 800 gram setahun. Sekarang sudah mencapai 1,5 kg per tahun. Artinya konsumsi kopi ini terus meningkat," pungkas Pranoto. (idr/ang)