Setujui Investasi LRT Jabodebek Naik, Menhub: Pekerjaan Jangan Molor

Setujui Investasi LRT Jabodebek Naik, Menhub: Pekerjaan Jangan Molor

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 12 Jul 2017 15:10 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Nilai proyek pembangunan kereta ringan (Ligh Rail Transit/LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) bertambah Rp 300 miliar, lantaran perubahan penggunaan sistem persinyalan dari fixed block menjadi moving block.

Pemerintah pun telah merestui perubahan nilai proyek tersebut. Namun pemerintah menegaskan bahwa proyek ini tidak boleh molor dari target yang telah ditetapkan untuk tahap pertama, yakni di akhir 2018 atau paling lambat pada awal 2019.

"Kita setuju moving block. Tapi saya minta komitmen dengan semua pihak, berkaitan dengan waktu dan biaya. Tadi sudah ada komitmen waktunya tidak berubah," tegas Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Kantor Kemenko Maritim, Jakarta, Rabu (12/7/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun proyek LRT Jabodebek tahap pertama meliputi lintas layanan Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang dan Cawang-Dukuh Atas. Sementara untuk tahap setelahnya meliputi Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan dan Palmerah-Grogol.

Sementara di tempat yang sama, Direktur PT Adhi Karya Tbk Pundjung Setya Brata mengatakan, untuk pembangunan LRT Jabodebek tahap pertama sudah sekitar 40%. Namun jika dilihat secara keseluruhan progres proyek baru sekitar 17%.

"Jadi total itu 17%, 40% itu untuk yang di Cibubur-Cawang," tukasnya.

Sebelumnya nilai proyek LRT Jabodebek disepakati turun dari Rp 23,4 triliun jadi Rp 21,7 triliun. Namun dengan adanya tambahan Rp 300 miliar dari sistem persinyalan Rp 300 miliar maka akan bertambah lagi menjadi Rp 22 triliun.

Sekadar informasi, perubahan nilai investasi tersebut disepakati pada rapat koordinasi pengembangan pembangunan proyek LRT yang digelar Kemenko Maritim hari ini. Perubahan nilai proyek lantaran sistem persinyalan disepakati menggunakan moving block.

Sistem ini merupakan sistem persinyalan berdasarkan memblok zona di masing-masing kereta nantinya. Sehingga sistem ini akan mampu melakukan identifikasi posisi kereta dengan cepat dan tepat.

Dengan teknologi itu, maka akan memperpendek jarak antara kereta yang tengah beroperasi. Sebab moving block juga akan selalu terhubung dengan sistem sinyal pusat dan sistem sinyal kereta. Sistem ini dianggap jauh lebih baik dibanding sistem sinyal yang dipilih sebelumnya yakni fixed block.

Menurut Budi Karya, dengan sistem moving block maka jarak antara kereta LRT nantinya hanya 1 menit. Sementara untuk sistem yang sebelumnya yakni fixed block hanya 5 menit.

Dengan jarak pergerakan kereta LRT yang lebih pendek, Budi perkirakan per harinya LRT Jabodebek akan bisa mengangkut 435 ribu penumpang per hari.

Angka itu lebih tinggi dibanding perhitungan dengan sistem persinyalan fixed block yang diperkirakan bisa menampung 275 ribu penumpang per hari. (dna/dna)

Hide Ads