Sekretaris Ditjen Cipta Karya, Rina Agustin mengatakan, saat ini program terus masih terus berjalan. Namun ada tantangan pada penataan kawasan kumuh lantaran sampai saat ini progresnya masih sangat kecil dan tertinggal dari penyediaan akses air minum yang aman dan sanitasi atau pengolahan limbah.
"Kalau penyediaan air minum, kita sudah 72% dari total 100%, limbah ada 68%, dan kumuhnya 10%. Ini PR nya masih banyak, tapi kita harus optimis untuk bisa mencapainya di 2019 harus sampai," katanya saat ditemui di Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (5/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya ada berbagai upaya percepatan untuk bisa mencapai target tadi, ditambah ada inovasi baru loncatan untuk bisa mengajak semua pihak. Jadi enggak hanya pemerintah untuk bisa mengeroyokin pelaksanaan penataan kawasan kumuh, penyediaan air maupun sanitasi tadi," ungkapnya.
Inovasi yang dimaksud misalnya bagaimana melibatkan kelompok masyarakat agar sadar akan pentingnya sanitasi, lalu meningkatkan partisipasi Kementerian/Lembaga dan juga organisasi non pemerintah.
"Ada juga organisasi seperti filantropi yang kita ajak berkontribusi dalam proses kawasan layak huni termasuk dari Kementerian Perdagangan diajak juga untuk menata pasarnya yang ada disekitar itu. Sehingga satu kawasan itu, semua ada partisipasinya, mulai dari pra sarana pemukiman dari Cipta Karya dengan Pemda, pasarnya oleh Perdagangan," pungkasnya. (eds/dna)