"Shopping melalui online menjadi sesuatu tidak hanya lifestyle tadi menjadi kebutuhan dan menyelesaikan masalah dari sisi keterbatasan waktu, fasilitas dan yang lain-lain," ungkap Sri Mulyani, saat peringatan 71 Tahun Hari Oeang di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Baca juga: Debenhams Tutup Semua Toko Akhir 2017 |
Dalam catatan Sri Mulyani, sebanyak 20 juta orang pada 2014 terlibat dalam transaksi online. Di 2015, sudah lebih dari 70 juta orang. Meskipun masih kecil dibandingkan jumlah penduduk, namun pertumbuhannya sangat tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani contohkan Gojek. Menurutnya, secara tidak sadar masyarakat sekarang sangat bergantung dengan aplikasi tersebut. Mulai dalam pemenuhan kebutuhan transportasi, pesan makanan dan minuman, pembelian pulsa dan tiket, hingga pijat.
"Saya bukan mau promosikan Gojeknya Nadiem (CEO Gojek), dalam hal ini tapi saya yakin kalau anda pulang ke rumah aku kepingin martabak, anda tidak suruh sopirnya yang kecapekan karena macet. Pasti langsung manggilnya melalui itu, bahkan kalau mau manggil tukang pijat," paparnya.
Pengunaan aplikasi dan jumlah ponsel juga bisa menjadi gambaran, individu tersebut masuk dalam generasi masa lalu atau generasi sekarang yang disebut milenial.
"Kita lihat apakah Anda gaptek atau tidak bukan dilihat dari jumlah telepon yang dimiliki," ungkap Sri Mulyani.
Baca juga: Senjakala Toko Serba Ada |
Generasi milenial, kata Sri Mulyani, sejatinya memiliki tiga karakter. Pertama terkoneksi, kedua yaitu percaya diri dan ketiga adalah kreatif.
"Itulah generasi tiga C itu, connected, confident, dan dia kreatif dan kalau dalam hal tiga ini kalau dia dikurung dengan regulasi yang menghilangkan 3 C-nya yang merupakan powernya dia maka negara itu sebenarnya menzolimi kalau mau melakukan pengaturan yang menghilangkan 3 karakter dari generasi muda itu," terangnya. (mkj/mkj)