Importir: Jeruk Mandarin saat Imlek Bak Ketupat di Idul Fitri

Importir: Jeruk Mandarin saat Imlek Bak Ketupat di Idul Fitri

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 13 Feb 2018 19:27 WIB
Foto: Trio Hamdani
Jakarta - Importir mengaku kehilangan peluang menjual jeruk mandarin asal China jelang Imlek karena pemerintah tidak mengeluarkan izin impor sejak November 2017. Padahal, jeruk mandarin sangat identik dengan hari raya Tahun Baru China ini.

Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia, Khafid Sirotuddin mengatakan, permintaan jeruk mandarin akan meningkat jelang imlek, terutama di beberapa kota besar.

"Misalnya Pontianak, Jabodetabek, Surabaya, Medan. Kalau kota lain enggak terlalu signifikan karena kan kaitannya dengan masyarakat China Indonesia yang merayakan itu. Kayak misal kupat sama lontong jelang Idul Fitri," kata dia saat dihubungi detikFinance, Selasa (13/2/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia mengaku kehilangan momen untuk menjual jeruk mandarin. Kalau pun saat ini pemerintah mulai mengeluarkan izin impor jeruk mandarin, perayaan Imlek sudah keburu selesai.

"Jadi gini, kalau kami dari sisi importir bukan penurunan pendapatan bahasanya, ya. Artinya (importir) kehilangan peluang untuk jual jeruk mandarin jelang Imlek,"

"Itu butuh waktu 3 minggu. Kita order barang ke partner di China kan dasarnya SPI (Surat Persetujuan Impor). Begitu keluar SPI kita baru order ke partner kita (di negara asal jeruk mandarin). Hitungan sejak pesan, shipping sampai di Indonesia butuh 3 minggu. Imleknya sudah selesai," tambahnya.



Diganti Jeruk Pakistan

Dia mengatakan, semua anggotanya mendapat izin impor jeruk asal Pakistan itu. Saat ini pun jeruk impor didominasi dari Pakistan. Hanya saja dia tidak mengetahui persis berapa kuota dan jumlah importirnya jika digabung dengan importir non anggota asosiasi tersebut.

"Kami nggak hapal tapi yang jelas kino Pakistan saat ini jeruk impor yang paling banyak jumlahnya. Pasti ada peningkatan. Peningkatannya banyak," ujarnya.

"Jadi kino Pakistan untuk substitusi jeruk mandarin China. Dari warna sama bentuknya dia mirip sekilas. Bedanya di rasa. Jeruk Pakistan ada asamnya," lanjutnya.

Dia menduga, kondisi ini sengaja dilakukan pemerintah untuk menjaga neraca dagang luar negeri agar tetap seimbang.

"Kalau menduga lebih ke sisi keseimbangan neraca perdagangan Indonesia dengan China. Kemudian untuk keseimbangan produk sejenis dari mitra dagang kita dari luar negeri, misal Indonesia dan Pakistan," ujarnya.

Dia melengkapi, sejauh ini kecenderungannya memang Indonesia lebih banyak memasok barang ke Pakistan ketimbang sebaliknya. Sementara perdagangan Indonesia dan China kebalikannya.

"Otomatis mereka ingin masuk juga. 'Tolong dong jeruk kita (Pakistan) bisa masuk'. Kemudian Indonesia dengan China yang surplus Chinanya. Jadi dikurangi salah satunya jeruk mandarin," tambahnya.



(zlf/zlf)

Hide Ads