Ongkos Angkut Ikan Indonesia yang Mahal

Ongkos Angkut Ikan Indonesia yang Mahal

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Kamis, 22 Feb 2018 08:13 WIB
Ongkos Angkut Ikan Indonesia yang Mahal
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Ongkos atau biaya angkut logistik dari daerah timur ke barat Indonesia memang terkenal mahal. Namun tahukah Anda jika harga angkut logistik dari timur ke barat Indonesia empat kali lebih mahal dibanding biaya angkut logistik dari China ke Jawa?

Direktur Utama Perum Ikan Indonesia (Perindo) Risyanto Suanda menjelaskan saat ini biaya angkut logistik di dalam negeri masih mahal, Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau perlu solusi sebagai langkah penekanan biaya ongkos angkut.

"Logistik itu sekarang kita masih sangat mahal. Jadi kami ini banyak operasi menangkap ikan dan mendinginkannya di timur, kemudian kan ini dikirimkan dan di berangkatkan ke Jakarta biaya pengiriman dari timur," kata dia kepada detikFinance dalam obrolan santai akhir pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bandingkan dengan ongkos angkut ikan dari China misalnya. Menurutnya biaya angkutnya lebih murah.

"Di Merauke itu per kg-nya Rp 4.300/kg, kalau dari luar saja angkutan bisa begitu murah kan. Kirim ikan dari China ke Indonesia itu Rp 1.200/kg," tambah dia.

Berikut cerita selengkapnya:
Tingginya biaya angkut ikan dari timur ke barat mengakibatkan harga ikan laut di Indonesia menjadi mahal. Direktur Utama Perum Ikan Indonesia (Perindo) Risyanto Suanda menjelaskan biaya angkut ikan saat ini mencapai 50% dari total harga ikan yang dijual.

"Contohnya ikan dari Merauke per-kg-nya mencapai Rp 4.300, dengan harga misalnya kita beli ikannya 10.000/kg jadi harga pengirimannya sudah separuh dari harga ikan itu mahal nggak sehat," kata dia kepada detikFinance akhir pekan lalu.

Akibat mahalnya harga ikan, masyarakat sebagai konsumen pun harus merogoh kocek lebih dalam bila ingin mengkonsumsi ikan.

"Harga ikan kita jadi mahal ini, konsumen harus membeli dengan harga yang lebih tinggi, kami harus menggunakan modal yang lebih tinggi juga," sambung dia.

Biaya angkut logistik ikan dari China lebih murah dibandingkan biaya angkut ikan dari perairan laut Timur Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldi Ilham Masita mengungkapkan, mahalnya ongkos angkut dikarenakan perusahaan kapal harus menghitung biaya bahan bakar perjalanan bolak-balik alias dua kali perjalanan.

Alasannya, saat ini kapal yang ada di Indonesia umumnya merupakan kapal angkut biasa yang tidak dilengkapi dengan container berpendingin atau reefercontainer. Sehingga angkutan seperti ikan yang membutuhkan lemari pendingin membutuhkan upaya khusus yang lebih dari biasanya.

Saat kapal berlayar dari timur ke barat, kapal penuh berisi ikan. Namun saat kembali ke timur, kapal berlayar dalam keadaan kosong. Sehingga biaya tersebut harus ditanggung pihak pemilik atau pembeli barang.

"Sehingga bila ingin mendapatkan reefercontainer, mereka (pengusaha ikan) harus menanggung biaya kapal bolak-balik. Dan sangat sedikit kapal yang dilengkapi fasilitas untuk reefer container, reefercontainer butuh sambungan listrik. Apalagi semua kapal tol laut tidak dilengkapi colokan listrik khusus untuk reefercontainer," paparnya.

Dirinya menjelaskan jika jalur angkut logistik berupa ikan dari timur ke barat Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan ikan impor yang di datangkan dari China, hal tersebut karena Indonesia kekuranganreefer container.

"Sudah jelas karena keterbatasan reefercontainer dan kapal yang mempunyai fasilitas untuk reefer container. Tidak bisa dibandingkan dengan kapal besar yang melayani dari China ke Jakarta yang fasilitas untuk reefer container-nya tersedia. Bahkan container biasa untukgeneral cargo, ongkos kirim dari Jakarta ke timur lebih mahal daripada dari Jakarta ke China," katanya.


Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldi Ilham Masita menjelaskan, untuk menurunkan biaya logistik yang mahal, seharusnya pemerintah membebaskan biaya bongkar muat dan torage (penyimpanan) untuk reefer container(kontainer berpendingin) di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia Timur sehingga biaya angkut logistik turun.

"Agar biaya logistik murah, pemerintah juga membebaskan bea masuk peralatan-peralatan untuk membuat reefer containeragar harga reefer container bisa murah, untuk mendukung industri perikanan," katanya kepada detikFinance, Selasa (20/2/2018).

Saat ini, kata Zaldi, sangat sedikit kapal angkut yang memiliki kulkas raksasa. Kalau pun ada, biaya sangat mahal karena komoditas yang angkutanya membutuhkan pendingin masih terbatas.

Paling hanya ikan yang melimpah di timur Indoneisa. Sementara begitu tiba di Barat, tak ada barang yang diangkut pulang ke timur. Sehingga kapal berlayar kosong dari barat ke timur.

"Saat ini bila ingin mendapatkan reefer container, yang membutuhkan harus menanggung biaya kapal bolak-balik. Kemudian sangat sedikit kapal yg dilengkapi fasilitas untuk reefer container, reefer container butuh sambungan listrik. Apalagi semua kapal tol laut tidak dilengkapi colokan listrik khusus untukreefer container," sebutnya.

Selain masalah kapal, mahalnya biaya logistik juga disebabkan oleh minimnya ketersediaan infrastruktur di pelabuhan. Pelabuhan di timur Indonesia, imumnya hanya bisa disandari kapal berukuran kecil. Akibatnya, volume angkutnya pun juga terbatas.

Bagi pengusaha logitik, angkutan dengan volume besar akan lebih menguntungkan dibanding dengan volume sedikit karena biaya bahan bakarnya tidak terpaut jauh. Sederhananya, semakin banyak volume barang yang diangkut, maka biaya angkutan per-kg barang akan semakin murah.

"Angkutan kapal yang punya fasilitas untukreefer container memang sangat terbatas apalagi untuk ke timur yang memakai kapal-kapal kecil karena pelabuhannya terbatas," paparnya.

Zaldi juga menjelaskan volume produk yang membutuhkan pendingin tidak seimbang antara Indonesia barat dan timur.

"Dari barat kebanyakan produk tanpa butuh reefer container namun sebaliknya produk-produk dari timur butuh reefer container. Makanya tol laut juga tidak efektif," papar dia.

Kurangnya kapal dengan reefer containermemang harganya tidak mahal. Namun, butuh spesifikasi tertentu karena membutuhkan jaringan listrik dengan kapasitas yang stabil.

"Tidak terlalu mahal tapi butuh spesifikasi tertentu karena perlu banyak colokan listrik di kapal dan pasokan listrik di kapal stabil," katanya.

Hide Ads