Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat puluhan warganya masih menjalankan tradisi membuat terasi. Terasi khas Cirebon itu ditumbuk menggunakan alu dan lumpang.
Produksi terasi bergantung pada hasil tangkapan udang rebon. Kini tangkapan udang rebon kian merosot. Selain itu, perajin terasi tradisional harus bertarung dengan produksi terasi hasil olahan pabrik-pabrik besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya tidak setiap hari. Kalau ada udang rebon ya dibuat, kalau tidak ada ya tidak buat. Tergantung hasil tangkapan rebon," kata Nayah kepada detikcom, di rumahnya Blok Kemis Desa Kanci Kulon, Cirebon, Jumat (2/3/2018), sembari memindahkan terasi ke wadah.
![]() |
Nayah menjelaskan, proses pembuatan terasi dimulai dari pengeringan, kemudian udang rebon yang telah dikeringkan langsung ditumbuk. Pembuatan terasi ia pelajari dari orang tuanya secara turun tumurun. Prosesnya bisa memakan waktu lebih dari dua hari.
Hari ini, Nayah memproduksi terasi sekitar 20 kilogram. Udang rebon yang diolah menjadi terasi, sambungnya, hasil tangkapan melaut suaminya, Ming (28). Pulang dari melaut, Ming kerap membawa pulang udang rebon untuk diolah menjadi terasi.
Untuk 20 kilogram udang rebon yang dioah menjadi terasi, menurut Nayah, bisa menghasilkan 20 batok, ukuran untuk mengemas terasi.
"Satu batoknya itu bisa dijual antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Kalau ke bakul hanya Rp 10.000. Sekarang mah lagi sepi udang rebonnya," terang Nayah.
Menurut penghasilan sebagai perajin terasi tak menentu, ia bisa menganggur jika suaminya tak membawa udang rebon.
"Sekarang tangkapan udang rebon tuh turun terus, dulu mah bisa sekarung. Sekarang mah seplastik, kadang ada kadang tak ada," ujarnya.
![]() |
Tetangga rumah Nayah, Kunah (45) sudah dua hari tak membuat terasi. Kunah hanya bisa menghabiskan waktunya bersama cucu kesayangan.
"Ya ngasuh cucu saja, kan tak ada kerjaan. Kalau ada udang rebon ya dibikin terasi," ucap Kunah.
Tak jauh berbeda, Kunah menjual hasil produksi terasinya sebesar Rp 15.000 ke para pembeli untuk per batok, yang beratnya sekitar satu kilogram. "Ya nanti kalau ada rebon dibikin. Ini suami lagi tidak melaut, jadi nunggu suami saja," kata Kunah. (hns/hns)