Salah Satu Orang Terkaya RI Ini Dulunya Anak Bandar Becak

Salah Satu Orang Terkaya RI Ini Dulunya Anak Bandar Becak

Fadhly F Rachman - detikFinance
Senin, 19 Mar 2018 14:05 WIB
Foto: Fadhly Fauzi Rachman/detikFinance
Jakarta - Nama Dato Sri Tahir masuk dalam salah satu orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes. Kekayaan dari bos Mayapada Group itu saat ini mencapai US$ 3,5 miliar.

Namun siapa yang menyangka pria terkaya Indonesia itu dulunya merupakan seorang anak penyewa becak yang miskin. Pria kelahiran 26 Maret 1952 ini mengaku hidup dari keluarga yang tak mampu di rumah kontrakan yang berada di Surabaya.

"Saya itu dari Surabaya, dulu rumah saja kontrak. Saya lahir rumahnya kontrak, sampai umur 20 tahun rumahnya masih kontrak di Surabaya. Lebar rumah saya berapa kira-kira 3,5 meter atau 4 meter sama panjang. Orang tua saya kerjaannya sebagai penyewa becak," kata Tahir saat berbincang dengan detikFinance di kantornya pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Hingga mencapai kesuksesannya sekarang ini, Tahir mengaku tak pernah melupakan asal-usulnya sebagai seorang anak penyewa becak. Bahkan, dirinya juga masih menyimpan foto-foto masa lalunya saat duduk di becak milik orang tuanya.

"Bu Risma (Walikota Surabaya) saja bilang sama saya, 'Pak Tahir itu saya taruh becak di museum Surabaya supaya ingat asal-usulnya', begitu kata beliau. Becak saya dulu becak Solo, karena ibu saya orang Solo kan. Bikin becak Solo lalu disewakan ke orang," jelas Tahir.

Tak hanya itu, Tahir pun mengaku terus menyimpan rasa minder karena hidupnya yang dinilai miskin. Bahkan rasa minder itu terus ia simpan ketika menjadi seorang menantu orang kaya, Mochtar Riady, dan hingga berumur 40 tahunan.

"Saya minder itu ya, sangat minder kira-kira sampai umur 40-an. Masih minder. Karena begini, Anda mungkin bisa bayangin ya, saya nikah jadi keluarganya orang kaya, saya di keluarga orang kaya nggak dihormati loh. Karena mereka itu menempatkan diri sebagai anaknya orang kaya. Mereka pikir Tahir ini apa?" katanya.


Walau memiliki rasa minder yang terus ada di dalam hati, namun Tahir mengaku tidak pernah menyerah untuk berusaha. Di dalam hatinya, Tahir terus percaya agar bisa merubah nasibnya menjadi orang yang sukses.

Selama bertahun-tahun,Tahir mengaku banyak mengalami jatuh bangun dalam setiap usaha yang dijalaninya. Berkat kerja keras dan keteguhan hatinya, akhirnya Tahir bisa membuktikan bahwa dia mampu untuk merubah nasibnya dari seorang anak penyewa becak yang miskin hingga menjadi konglomerat ternama Indonesia.

"Jadi saya berjuang, saya tidak ada dendam, tapi saya tidak mau diremehkan. Itu berat sekali. Maka itu, saya tidak senang dengan orang kaya, saya benci sama orang kaya. Orang kaya saya anggap itu imperialisme. Orang kaya itu kerjanya menindas, orang kaya itu kerjanya membully orang. Sampai sekarang. Habitat saya itu ada di orang miskin. Itu habitat saya," tuturnya.

Simak wawancara lengkap detikFinance dengan Tahir di sini:
(fdl/fdl)

Hide Ads