Siapa Saja Target Pembeli Minimarket Cetusan Alumni 212?

Siapa Saja Target Pembeli Minimarket Cetusan Alumni 212?

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 20 Mar 2018 15:42 WIB
212 Mart di Mekarsari, Depok, Jabar. Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Berawal dari aksi 212 lahir gerai ritel dengan nama yang sama, yakni 212 Mart. Para alumni aksi tersebut memutuskan untuk merambah bisnis minimarket. Siapa saja ya target pembelinya?

Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik menyampaikan saat ini pembeli tetap produk-produk yang dijual di 212 Mart adalah anggota mereka yang tergabung di Koperasi Syariah 212.

"Dengan basis komunitas supaya kita punya captive market yang memang bisa menjamin perputaran barang dan uang ada di gerai tersebut. Kan intinya kalau jualan ada yang beli. Nah minimal ada pembeli minimal lah para anggota," katanya kepada detikFinance, kemarin, Jakarta, Senin (19/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi tak puas sampai di situ. Untuk bisa tumbuh subur tentunya butuh menjaring lebih banyak konsumen. Maka kalangan umum harus dirangkul.

"Kalau bisa para anggota ini bisa menjadi semacam sales untuk kemudian menawarkan kepada tetangga-tetangganya, sehingga dengan hubungan ketetanggaan, hubungan keakraban yang muncul juga, ini kan bisa menarik masyarakat selain anggota komunitas 212 ini untuk kemudian-menjadi pembeli, customer di wilayah-wilayah kita," terangnya.

Butuh strategi untuk mengajak masyarakat umum tertarik berbelanja di gerai 212. Dirinya pun menjabarkan sejumlah kiat untuk itu.


"Layaknya toko ritel yang lain tentu servis menjadi kunci utama. Jadi pelayanannya, kemudian SOP pelayanan gimana, senyumnya gimana, kerapihan pegawai, bagaimana kenyamanan ruang berbelanja. Itu kan hal-hal yang jadi salah satu daya tarik dan nilai jual toko ritel," paparnya.

Ketersediaan barang pun tak boleh diabaikan. Bila stok barang yang diinginkan konsumen tidak tersedia, bisa membuat konsumen kapok berbelanja dan memilih membeli barang di toko lain.

"Jadi kontinuitas suplai juga harus diperhatikan betul. Jangan sampai kemudian masyarakat kecewa mau beli kok nggak ada. Kalau sekali oke. Tapi kalau 4 kali datang nggak ada juga kan itu artinya boleh jadi kehilangan customer," ujarnya.

"Nah ini kita jaga juga sehingga masyarakat merasakan bahwa pelayanan kita profesional, baik bahwa daya saing produk yang kita jual juga cukup baik. Memang tidak mudah, ada proses, tapi ini terus kita lakukan," tambahnya.

(ang/ang)

Hide Ads