Tak dinyana, ia sempat kerja serabutan menjadi petugas valet parkir, waiter, busboy, atau juru masak. Termasuk salah satunya menjadi tukang becak (pedicab wheel) di kawasan taman kota dan wisata Central Park.
"Saya lakukan sambilan saat jadi pelayan restauran. Pekerjaan paling sehat, tidak polusi, menyenangkan dan hasilnya lumayan," kata Andri kepada detikfinance, pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya pernah mencoba layanan becak tersebut beberapa tahun lalu. Tarifnya memang lumayan mahal, US$ 3,49 per menit. Tarif itu masih berlaku hingga saat ini. Saya yang pernah mencoba sekitar 14 menit harus merogoh hingga US$ 54,6 atau sekitar Rp 700.000 dengan kurs Rp 13.000.
Ketika dikonfirmasi mengenai tarif yang mahal itu, Andri hanya tertawa.
"Hahahaha. Kebanyakan dari orang-orang Afrika, sebagian Asia. Mereka yang ulet-ulet," jawab Andri.
Namun dengan pendapatan besar untuk ukuran tukang becak, bukan berarti cukup. Setidaknya buat Andri yang memilih pekerjaan lain dan lebih menjanjikan seperti menjadi pemain figuran film maupun bekerja di biro perjalanan. Belakangan, ia juga sering menjadi pembawa acara (MC) di acara konsulat RI dan membuka biro perjalanan AS_Ventour.
Saat ini, ia masih punya pekerjaan rumah, merapikan gaya bicaranya supaya lebih fasih dan sesuai dengan aksen lokal (New York).
"Dahulu saya punya aksen yang tebal (medok) dan saya berusaha menghilangkan aksen saya. Saya merasa orang dengan aksen tebal tidak akan diperhatikan atau dianggap rendah oleh orang lain," pungkasnya.