Jakarta Mau Terapkan Jalan Berbayar, Benahi Ini Dulu

Jakarta Mau Terapkan Jalan Berbayar, Benahi Ini Dulu

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 26 Mar 2018 10:00 WIB
Ilustrasi Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) berencana menerapkan sistem electronic road pricing (ERP) atau sistem jalan berbayar untuk setiap kendaraan dari luar Jakarta yang masuk ke Jakarta. Hal ini diterapkan demi mengurangi macet di jalanan Jakarta yang saat ini bebannya sudah sangat parah.

Namun sebelum menerapkan kebijakan itu, pembenahan kualitas dan kuantitas angkutan umum massal di daerah-daerah penyangga Ibu Kota seperti Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok dirasa harus menjadi hal yang lebih dulu dilakukan. Hal tersebut demi mengoptimalkan dampak dari penerapan ERP, yakni meningkatnya penggunaan transportasi umum di masyarakat sehingga tujuan akhir mengurangi kemacetan di Jakarta bisa diatasi dengan baik.

"Ini (revitalisasi angkutan umum Bodetabek) dulu yang harus dilakukan, sehingga publik punya alternatif dan tidak terkesan dizolimi penguasa," kata pengamat transportasi Djoko Setijowarno dalam keterangannya, seperti dikutip Senin (26/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berdasarkan data Rencana Induk Transportasi Jabodetabek, dari 31.077.315 jiwa jumlah penduduk Jabodetabek saat ini, 24.897.391 di antaranya menggunakan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor tersebut terdiri 2% angkutan umum, 23% mobil pribadi dan 75% sepeda motor.

Total pergerakan di Jabodetabek juga semakin meningkat. Pergerakan di tahun 2015 mencapai 47,5 juta per hari, terdiri dari pergerakan dalam kota Jakarta 23,42 juta orang, pergerakan komuter 4,06 juta orang dan pergerakan melintas Jakarta dan internal Bodetabek 20,02 juta orang.

Di tahun 2018 pergerakan tersebut diproyeksi sudah mencapai 50 juta pergerakan per hari. Namun peran angkutan umum massal di Jabodetabek dalam memfasilitasi pergerakan tersebut saat ini baru mencapai 2-3%.

Jumlah infrastruktur angkutan massal masih sangat terbatas, di mana pengadaan bus dan KRL masih belum memenuhi perjalanan. Hal inilah yang diyakini menjadi sumber angka kemacetan yang semakin tinggi, karena sepeda motor makin dominan, sedangkan angkutan umum semakin menurun.

"Pilihan revitalisasi angkutan umum di kawasan Bodetabek mutlak harus segera dilakukan, supaya kemacetan di perkotaan bisa berkurang. Udara makin nyaman, publik makin senang, lalu lintas makin lancar," kata Djoko.

[Gambas:Video 20detik]


Di Jabodetabek sendiri saat ini sudah tersedia jaringan KRL Jabodetabek dan Bus Transjakarta. Pergerakannya saat ini semakin meningkat, di mana ada peningkatan penumpang 230% dari tahun 2013, rata-rata 431.886 penumpang per hari menjadi 993.992 penumpang per hari di 2017.

Namun menurut Djoko, menambah kapasitas KRL sudah sulit dilakukan, karena hampir semua jumlah rangkaian kereta sudah maksimal dilakukan untuk setiap perjalanan. Sedangkan jika frekuensi perjalanan ditambah, sudah terhambat oleh perlintasan sebidang dengan jalan raya.

Di sisi lain, upaya untuk meningkatkan pengguna angkutan umum sesuai Rencana Induk Transportasi Jabodetabek 40% (2019) dan 60% (2039) dibangunlah LRT Jabodebek, LRT Jakarta dan MRT Jakarta.

Tapi upaya lain masih bisa dilakukan dengan memperpanjang layanan Bus Transjakarta hingga kawasan Bodetabek. Juga memberikan layanan angkutan umum yang tersedia di seluruh kawasan perumahan di Bodetabek.

"Layanan bus hingga seluruh kawasan perumahan bisa dioperasikan pada jam sibuk masuk hingga pusat Kota Jakarta. Pada jam tidak sibuk cukup singgah di stasiun KRL terdekat," ungkapnya. (eds/ara)

Hide Ads