Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, menjelaskan penguatan dolar terhadap rupiah begitu berpengaruh biaya produksi. Karena dalam proses pembuatan pupuk pihaknya membutuhkan gas yang dibeli menggunakan dolar.
"Rupiah sangat berpengaruh, karena gas bayarnya bukan pakai rupiah, gas itu 70% dari komponen cost," kata dia di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (8/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengantisipasi penguatan dolar yang membuat ongkos pengeluaran atau produksi meningkat, pihaknya berusaha melakukan hedging atau asuransi uang. Selain itu juga pihaknya berusaha menggenjot produksi untuk ekspor.
"Solusinya cost kita maintance dan berusaha karena dolar naik kita usahakan ekspor dan hedging. Ekspor Vietnam, Bangladesh, China, Thailad, Australia dan Newzeland," papar dia.
Ia menekankan tentu dengan prioritas produksi pupuk untuk diekspor agar menutupi pengeluaran akibat dolar menguat. Ekspor hanya bisa dilakukan jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi.
"Ekspor dilaksanakan setelah dalam negeri terpenuhi. Ekspornya 700.000 ton, di tahun 2018. Ingin lebih dari itu, kembali lagi kalau ada banjir ada replanting berarti harus diperbantukan," kata dia. (dna/dna)