Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution pun menjelaskan alasan pemerintah harus impor beras lagi.
"Persoalannya sebetulnya datanya sendiri itu masih ada perbedaan antara satu instansi dengan yang lain, padahal sudah sama-sama pakai apa itu pakai peta digital tapi tetap ada perbedaan," ujar Darmin Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pemerintah Mau Impor Beras Lagi 500.000 Ton |
Selain itu terjadi perubahan pola tanam yang mempengaruhi waktu panen. Alhasil, Bulog tak bisa maksimal menyerap beras dari petani.
"Sebetulnya panen raya tahun ini kapan? Ada bulannya selalu, di mana ketika itu produksi naik untuk memenuhi 5-6 bulan kebutuhan. Nah, tahun lalu itu di Maret, kalau tahun sebelumnya di April. tahun ini, sebagian di Maret sebagian di April," terang Darmin
"Artinya, ada perubahan-perubahan di dalam pola tanam dan itu membuat produksinya berubah dia tidak mengikuti kurva yang biasa dan itu mengakibatkan pembelian beras Bulog dari dalam negeri itu tidak setinggi tahun tahun lalu," sambung mantan Gubernur Bank Indonesia itu.
Menurut Darmin stok beras di Perum Bulog saat ini hanya berkisar 1,3 juta ton, termasuk dengan beras impor. Sedangkan jika dihitung tanpa beras impor, stok di gudang Bulog hanya sekitar 800.000-an ton.
Padahal, targetnya Bulog harus serap beras hingga 2,2 juta ton di Juni.
"Coba saja tanya berapa stok Bulog sekarang. Ditambah impor, mungkin hanya 1,3 juta ton dan dikurangi impor berapa mungkin 800-an. Biasanya dan tugas yang tadinya kita harapkan bisa dicapai sampai Juni, itu pembelian Bulog 2,2 juta ton. Sampai Mei ternyata hanya 800 ribu ton," kata Darmin.
"Impor 500 ribu ton beras, Mendag: Itu diskresi saya!" Simak video selengkapnya di 20Detik:
(hns/hns)