Kondisi tersebut sudah tidak terjadi lagi saat ini.
"Zaman dulu 20 tahun lalu harganya US$ 20-30, dianggapnya emas hitam untuk wilayah-wilayah pantai itu. Saatnya panen nabung buat masa depan karena sehari nelayan dapat Rp 5 juta-10 juta bahkan Rp 20 juta. Sekarang cerita itu tidak ada dapatnya 5 ekor, 6 ekor," kata Susi di rumah dinasnya, Jakarta, Rabu (23/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Susi menerangkan, menyusutnya jumlah lobster karena benihnya diperdagangkan. Kondisi tersebut terjadi sejak tahun 2000.
Dia menjelaskan musim kelahiran benih lobster pada Mei hingga Juli. Sedangkan nelayan memanen lobster pada September hingga Desember
"Dulu nelayan Bayah, Pelabuhan Ratu, Lampung itu setiap hari tangkap lobster besarnya satu ton-an. Tiba-tiba tahun 2000 hilang kita tidak tahu, mulai diperdagangkan bibitnya ke Vietnam," ujarnya.
Kondisi itu juga berpengaruh pada jumlah lobster yang diekspor. Saat ini, jumlah ekspor lobster turun drastis.
"Dari dulu Indonesia ekspornya ribuan ton lobster besar sekarang satu tahun seribu ton juga kurang. Dulu lebih dari 10 ribu ton total seluruh Indonesia," tutupnya (hns/hns)