(THR) Idul Fitri pasti sudah diterima oleh pegawai swasta maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS).
ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada hari raya.
Setiap perusahaan memberikan nominal THR yang berbeda-beda. Ada yang memberikan 100% gaji pokok, 100% take home pay hingga jumlah THR dibagi menjadi dua kali dalam satu tahun yakni pembagian saat Idul Fitri dan Natal.
Alangkah baiknya jika uang THR tersebut bisa digunakan secara bijak dalam setiap rupiah yang dikeluarkan. Apa saja yang harus diprioritaskan?
Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Mike Rini Sutikno menjelaskan ketika mendapatkan pemasukan dari THR harus segera membagi ke pos-pos yang rutin setiap bulannya.
"Untuk kebutuhan pengeluaran bulanan, seperti bayar listrik, telepon, asuransi dan lain-lain bisa pakai gaji bulanan saja," tuturnya kepada
detikFinance.
Penyisihan dilakukan agar seluruh tagihan wajib bisa selesai sebelum berbelanja kebutuhan yang 'sunah' seperti membeli pakaian hingga makan-makan bersama teman.
Untuk PNS terutama, untuk gaji pokok yang berada dalam THR digunakan untuk memenuhi kebutuhan perayaan hari raya, seperti membeli makanan untuk lebaran, pakaian baru hingga ongkos untuk pulang kampung.
Dari artikel detikFinanse Tips Memberi Uang Lebaran yang ditulis oleh Ila Abdulrahman & Aidil Akbar Madjid & Partners Lebaran idul fitri identik dengan uang saku atau angpao atau duit fitrah buat anak-anak.
Entah dimulai kapan dan oleh siapa, tradisi memberi uang saku-angpao saat lebaran ini, yang jelas akhirnya momen angpao ini menjadi momen yang ditunggu oleh anak-anak.
Tradisi ini rata terjadi pada semua lapisan ekonomi masyarakat, baik yang kaya, berkecukupan maupun pas-pasan, semua ingin memberi angpao, sebagai salah satu bentuk berbagi kebahagiaan.
Dalam memberi bonus untuk keluarga saat lebaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti keikhlasan. Selain itu untuk mempermudah pembagian juga harus membuat daftar orag yang akan diberikan angpao.
Jumlah atau nominal juga harus disesuaikan dengan kondisi keuangan. Jadi sesuai kemampuan jangan memaksakan diri. Anda juga bisa memasukkan dalam amplop dan beri nama angpao untuk masing-masing anak, agar tidak tertukar, jika jumlahnya beda.
Karena tidak semua anak memahami bagaimana mengelola keuangan alias uang saku lebaran mereka, dan seringkali merasa itu boleh dibelanjain semua, alangkah baiknya Anda sertakan tips membagi penggunaan uang angpao tersebut untuk apa saja.
Ajarkan Anak Kelola Angpao Lebaran
Pemanfaatan atau penggunaan uang lebaran anak-anak dapat menggunakan prinsip 3S, yaitu di bagi dalam 3 pos : Sosial, Saving dan Shopping.
SOSIAL
Begitu angpao terkumpul segera ambil utk pos sosial, atau berbagi atau zakat, infak dan sedekah. Berapa besarannya? Untuk zakat sudah ditentukan besarannya yaitu 2,5%.
Total misal minimal 5% atau 10%, 2,5% untuk zakat dan selebihnya untuk membantu teman sekolah yang belum cukup kebutuhan sekolahnya, atau donasi ke panti asuhan, atau bersama-sama teman yang lain dibelikan barang kemudian pergi bersama-sama ke panti sosial.
SAVING
Mendidik anak untuk meraih keinginan dengan terencana, karena tidak semua hal bisa dipenuhi, dibeli saat ia menginginkannya. Misalkan si anak memiliki keinginan wisata atau membeli sepeda padahal tidak bisa dibeli atau pergi wisata saat itu juga, sehingga harus "saving" atau menabung untuk membelinya.
Besaran pos saving 50%, bisa diajarkan menabung, membeli logam mulia, atau membuka deposito, mengumpulkan Rp 1 juta pertama, Rp 5 juta pertama, Rp 10 juta pertama dan seterusnya. Selanjutnya jika sudah terkumpul, bisa dimanfaatkan untuk membeli atau memenuhi keinginan anak, misal membeli notebook, berwisata dengan biaya sendiri, dll.
Atau boleh juga diajarkan anak untuk berinvestasi di reksadana atau saham. Ingat pepatah Warrent Buffet yang mengatakan bahwa dia terlambat berinvestasi, padahal usianya saat itu baru 11 tahun saat memulai investasi di saham (wikipedia).
SHOPPING
Sisanya 40% boleh digunakan untuk belanja apa yang dibutuhkan, atau diinginkan anak saat itu. Terkadang tidak mudah memberi pengertian kepada anak-anak antara dia belum butuh dan sekedar keinginan. Perlu ketegasan dan kekompakan bapak dan ibunya.
Ketiga prinsip di atas dapat juga diterapkan untuk mengatur keuangan anak-anak sehari-hari, baik uang saku sekolah ataupun uang hasil bisnis anak-anak.
Perencana Keuangan Tung Desem Waringin menjelaskan untuk menyisihkan uang THR ada dua yaitu Alokasi Sederhana dan Alokasi Lengkap.
Kalau Alokasi Sederhana:
• Minimal 10% untuk hari tua, investasi yang aman dan menguntungkan
• Minimal 20% untuk bayar utang/cadangan s/d 6 bulan gaya hidup/investasi yang tumbuh dan menguntungkan
• Maksimalkan 70%, habiskan
Alokasi Lengkap:
• Minimal 10%, untuk hari tua, investasi yang aman dan menguntungkan
• Minimal 10%, untuk investasi leher keatas
• Minimal 10%, untuk amal
• Minimal 10%, bayar utang/cadangan s/d 6 bulan gaya hidup/investasi yang tumbuh dan menguntungan
• Maksimal 10%, alokasi kesenangan
• Maksimalkan 50%, habiskan
Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Soetikno menjelaskan investasi menggunakan uang THR sangat disarankan.
"Kalau ikutin belanja mah enggak ada habisnya, kan sudah ada dari THR. Jadi tukin dan tunjangan keluarga jangan diutak-atik, itu kesempatan buat nambah tabungan kalau enggak ya tidak ada lagi kesempatan untuk menambah tabungan," imbuhnya.
Untuk pilihan investasinya tergantung dari besaran dana tukin yang diterima. Jika di atas Rp 5 juta, bisa ditempatkan ditempatkan di deposito atau reksadana.
"Kalau belum mengerti investasi ya paling aman deposito yang mungkin 12 bulan atau lebih," imbuhnya. Jika tukin yang diterima di bawah Rp 5 juta maka Mike menyarankan untuk membeli emas. Namun untuk membeli emas hanya untuk menahan dari gerusan inflasi, minimal disimpan hingga 3 tahun.
Terakhir, bisa dimanfaatkan untuk tabungan pendidikan anak hingga perguruan tinggi. Misalnya dengan mendaftar asuransi pendidikan.