-
Lebaran semakin dekat. Sebagian masyarakat di kota besar seperti Jakarta akan mudik atau balik ke kampung halamannya.
Untuk pulang ke kampung halaman, sewa mobil bisa jadi pilihan. Tapi, untuk menyewa mobil ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Salah satunya, pemudik mesti mengetahui tarif sewanya. Tentu saja, hal ini berkaitan dengan kondisi 'kantong' konsumen.
Lalu, apa lagi yang perlu diperhatikan saat mudik dengan mobil sewa? Berikut ulasannya.
Tasikun, pemilik NM Rental menyewakan mobil jenis Avanza atau MPV seharga Rp 5 juta untuk 10 hari atau seharinya Rp 500.000. Tarif ini belum dengan ongkos sopir dan bensin.
"Kalau paket 10 hari Rp 5 juta, hitungannya Rp 500 ribu sehari," kata dia kepada detikFinancedi Cililitan Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Tarif sewa mobil ini lebih tinggi dibanding hari-hari bukan musim mudik. Biasanya, Avanza disewakan dengan tarif Rp 350 ribu per hari.
Dia mengatakan, konsumen bisa memakai jasa sopir untuk keperluan mudik. Tarifnya sebesar Rp 200 ribu per hari saat periode mudik. Tarif ini lebih tinggi dibanding bukan periode mudik sebesar Rp 150 ribu per hari.
Dia melanjutkan, untuk mobil MPV lain jenis Innova paket yang ditawarkan seharga Rp 7 juta untuk 10 hari. Konsumen juga bisa memakai jasa sopir dengan tarif yang sama yakni Rp 200 ribu per hari.
"Kalau Inova bukan Lebaran Rp 500 ribu per hari," katanya.
Nurkip, pengelola rental lain menawarkan sewa mobil untuk jenis Xenia, Livina, dan Avanza dengan tarif Rp 7 juta untuk 10 hari. Tarif tersebut tidak dengan sopir dan bensin.
"Kalau biasa sopirnya Rp 150 ribu, kalau Lebaran 250 ribu per hari," ujarnya.
Sementara, untuk jenis Innova dibanderol dengan tarif sewa Rp 1 juta per hari. Jadi, untuk 10 hari sekitar Rp 10 juta.
"Kaya Innova mobil gede harganya beda, bisa sejuta sehari. Kalau gitu hitung harinya," ungkapnya.
Menyewa mobil rental menjadi salah satu cara untuk mendapatkan alat transportasi untuk mudik. Namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyewa mobil.
Nurkip, salah seorang pengusaha rental mobil mengatakan, konsumen mesti memastikan kondisi mobil yang disewa dalam kondisi prima, baik dari mesin maupun body. Kemudian, konsumen juga mesti memeriksa kelengkapan isi mobil seperti adanya ban serep.
"Jadi kalau mau sewa dilihat dulu, difoto, body semua, ban serep dicek. Namanya kita sewa kan keadaan gitu, pulang ya keadaan begitu," kata dia kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Dia menuturkan, pemeriksaan secara detail perlu dilakukan. Sebab, dia menuturkan kerusakan mobil sewa khususnya yang dikendarai sendiri menjadi tanggungjawab penyewa. "Kalau rusak ditanggung penyewa," tambahnya.
Dalam bisnis penyewaan mobil ada istilah lepas kunci dan menggunakan jasa sopir bawaan dari perusahaan rental. Lepas kunci berarti konsumen sudah menyiapkan sopir sendiri dan perusahaan penyewa hanya memberikan unit mobil dan surat kelengkapan kendaraan saja, tanpa tambahan sopir.
Nah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, bila konsumen ingin menggunakan layanan dengan sistem lepas kunci, si perusahaan akan melakukan survey ke rumah, dan konsumen harus melengkapi dokumen seperti kartu keluarga dan LTP.
Lain halnya dengan menggunakan sopir bawaan dari perusahaan penyewaan, konsumen cukup datang ke tempat sewa dengan melengkapi dokumen tersebut.
Meski konsumen harus merogoh kocek tambahan Rp 200 ribu per hari untuk biaya sopir, tapi layanan yang ini dinilai lebih aman karena mobil sewa itu menjadi tanggung jawab sopir.
Selain itu, kelebihan memakai jasa sopir ialah lebih sederhana dalam hal prosedur sewa. Rumah atau tempat tinggal konsumen tak perlu disurvei.
"Kalau pakai sopir, kalau mobil ada apa-apa tanggungan sopir. Enakan pakai sopir, kalau kemana-mana sudah pakai sopir," terang Tasikun.
Pengusaha penyewaan mobil atau rental mengeluhkan bisnisnya yang kini mulai surut, khususnya dalam menyambut Lebaran.
Salah seorang pemilik rental mobil, Tasikun mengatakan, biasanya menjelang lebaran, masyarakat banyak menyewa mobil untuk keperluan mudik. Namun kini, dia mengeluh sepi penyewa.
"Belum (habis) orang baru nanya-nanya saja, kan pertimbangannya mana-mana gitu," kata dia berbincang dengan detikFinance di tempat usahanya di bilangan Cililitan, Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Tasikun mengaku, rentalnya NM Rental memiliki 10 mobil yang terdiri dari Avanza dan Innova. Saat ini, baru 2 mobil yang dipesan untuk keperluan mudik.
Sepinya penyewa tak terlepas dari fenomena taksi online. Perkembangan taksi online menurutnya membuat orang cenderung memiliki mobil sendiri. Sehingga, mereka tak lagi sewa mobil untuk mudik.
"Dulunya yang nggak punya mobil, sekarang bisa pakai sendiri," kata dia
Nurkip, pengelola rental lain juga mengeluhkan hal yang sama. Dia mengatakan, penyewaan mobil sudah tak selaris sebelumnya.
"Makanya banyak rental yang tutup, mobilnya dijualin," ujarnya.
Dia mengatakan, PT CUJ tempat dia bekerja hanya menyewakan 8 mobil. Sementara, yang sudah dipesan baru 2 mobil. Dia menambahkan, sebelumnya, PT CUJ memiliki 80 mobil untuk disewakan.
Perkembangan taksi online tak menguntungkan bisnis sewa atau rental mobil, khususnya untuk periode mudik ini. Sebab, adanya taksi online membuat sewa mobil menjadi tak lagi diminati.
Tasikun, pelaku bisnis rental mobil di Cililitan Jakarta mengatakan, perkembangan taksi online membuat orang cenderung membeli mobil sendiri. Sehingga, mereka tak lagi sewa untuk mudik.
"Dulunya yang nggak punya mobil, sekarang bisa pakai sendiri," kata dia kepada detikFinance di Cililitan Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Selain itu, dia mengatakan, masyarakat cenderung memanfaatkan transportasi umum kembali ke kampung halaman. Di kampung halaman, mereka bisa sewa taksi online untuk berpergian.
Dia mengatakan, saat ini memiliki 10 mobil untuk disewakan. Sementara, yang telah dipesan baru 2 mobil untuk keperluan mudik.
"Kalau dulu kurang sebulan sudah habis, saya dulu 20-an, habis dijualin. Beli rumah, kontrakin. Puasa saja mobil nggak ada yang jalan," jelasnya.
Senada, Nurkip juga mengatakan demikian. Pelaku bisnis rental mobil ini menuturkan, taksi online membuat bisnis rental tak laku.
"Sekarang sedikit sudah 8 mobilnya, sudah sedikit, nggak kaya dulu. Nggak kaya zaman Grab belum," ujarnya.
Dia mengatakan, dari 8 mobil baru 2 mobil dipesan untuk keperluan mudik. Padahal, dia menuturkan sempat memiliki 80 mobil.
"Tahun 2015-an masih enak, belum ada Grab. 2015 mobil masih banyak, sekitar 80, hampir 100. Sekarang dipulangin ke leasing-nya, kita tak sanggup bayar. Mobil nggak jalan-jalan," tutupnya.