Reaksi tak setuju contohnya ditunjukkan oleh akun Twitter @harrytamin.
"Haram hukumnya bagi operator yg menikmati uang pemasukan atas selisih lebih dari orang yang nyata2 menggunakan jarak pendek. Disitu ada hak pengguna jarak pendek yang dizalimi dan ada kewajiban yang harusnya ditanggung oleh pengguna jarak panjang. Berbisnis yang adil dong," katanya seperti dikutip detikFinance, Jumat (22/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sistem pembayarannya yang harus segera dipercanggih, sehingga tidak perlu berhenti dulu untuk masuk-keluar tol. Biarpum memonopoli, berbisnis jangan merugikan konsumen dong...," tulisnya.
Sementara akun Twitter @ryannala mengaku setuju dengan integrasi JORR asal kenaikan tarif dilakukan sesuai ketentuan dan mengurangi macet.
"Setuju. Make it simple aja lah.. Kalau beda2 gt ribet. Lgian klau org2 yg jrak tempuhnya dkt ngapain pkai naik tol sih?? Asal tarifnya jgn dkit2 naik, paling cepat 3thn baru dibolehkan utk dinaikkan tarifnya," katanya.
Ada pula yang mengaku tak peduli soal integrasi JORR. Akun @MMO_8 mengaku belum pernah melewati yang namanya jalan tol.
"Tidak tahu, ga pern ke jkt, g pern lewat tol bayar, dsni ad tol tp gratis, trus yg bayar cuma kapal feri, biasa orang sini bilang pelampung. Kasian ya ga pern ke jakarta ☹️," ujar dia.
Di kolom komentar website detik.com, perbedaan pendapat juga terjadi. Ada yang mendukung kebijakan ini dan adapula yang tidak.
"Seharusnya kaya kereta api komuterline aja...bayar sesuai tempat tujuan....kwl d pukul rata seperti sekarang gkk adil dan berat," tulis Fajar Muhammad.
"Menguntungkan...saya pengguna tol cikunir-tjg priok sangat diuntungkan...," ujar Yudi Irawan yang mendukung diintegrasikannya transaksi JORR.