Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada periode kali ini tak banyak berubah dari negara asal impor.
"Impor kita 27% berasal dari Tiongkok (China), 11,53% dari Jepang, lalu 6,93% dari Thailand, tidak banyak berubah," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (25/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau menurut penggunaan barang, impor pada Mei kenaikan didorong oleh barang konsumsi, karena Ramadan, peningkatan barang konsumsi diharapkan berpengaruh pada konsumsi RT di kuartal II," katanya.
Sementara impor barang konsumsi selama Mei month to month (mtm) naik 14,88%, year on year (yoy) naik 34,01%, beberapa barang konsumsi yang tinggi adalah beras berasal dari Vietnam, gula dari Thailand, Anggur dari Tiongkok, dan vaksin yang berasal dari India.
Sementara impor bahan baku penolong mtm naik 9,02%, secara yoy naik 24,55%. "Jadi dengan share bahan baku 74,30%, pengaruh impor dari bahan baku tentunya signifikan, beberapa bahan baku yang baik di antaranya raw sugar, emas, ada batubara untuk memasak, kemudian beberapa jenis besi yang berasal dari Tiongkok," tambahnya.
"Untuk barang modal yoy tinggi sekali 43,40%, karena ini dibutuhkan untuk infrastruktur, diharapkan bisa meningkat investasi dalam PDB, kenaikan yaitu mesin-mesin, kemudian laptop dari Tiongkok, ada beberapa mesin," imbunya.
"Kumulatifnya, total US$ 77,77 miliar naik 24,75%. Komposisinya barang yang banyak diimpor mesin-mesin dan pesawat mekanik, dan mesin peralatan listrik," tambahnya. (zlf/ara)