Brand lokal yang dipakai Jokowi ini pun memberi efek positif. Pasalnya langsung diserbu oleh masyarakat yang ingin tampil ala orang nomor satu di Indonesia itu.
Pendiri produk-produk lokal ini pun tentu tak menyangka karyanya dipakai oleh seorang presiden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaket berdesain ragam budaya Indonesia yang dikenakan Jokowi tersebut merupakan karya industri kreatif Tanah Air Never Too Lavish. Jokowi pun diketahui memesan jaket denim tersebut dari acara Jakarta Sneakers Day.
"Waktu itu Pak Jokowi datang dan beliau tertarik ke booth kita, dan dia pesan jaket. Beliau senang ada seniman lokal yang bisa sampai tahap sekarang artinya bisa bersaing di kancah internasional," kata Haudy, founder Never Too Lavish, Senin (9/4/2018)
Pada bagian depan jaket denim yang dikenakan Jokowi dihiasi peta Indonesia dengan warna dasar bendera merah putih. Sementara bagian belakang bertuliskan Indonesia yang setiap hurufnya memiliki gambar berbagai kebudayaan Indonesia. Haudy pun mengungkapkan bahwa karyanya itu murni lukisan tangan.
"Desain dan jaket dari kami. Jadi waktu itu pak presiden minta kita kasih usulan gambar, ada beberapa yang kita gambar mockup-nya dan beliau memilih yang dipakai saat ini," jelas Haudy.
Pengerjaan lukisan di jaket denim tersebut sebenarnya perlu waktu empat hingga lima minggu. Namun, karena customernya adalah orang nomor satu di Indonesia, pihak Never Too Lavish berusaha membuatnya dengan waktu sepuluh hari.
Untuk harga jaket denim yang dikenakan Jokowi tersebut senilai Rp 4 juta.
"Karena saya pikir ini spesial order jadi kita bikin di sepuluh hari untuk mengerjakannya ada beberapa seniman di bawah Never Too Lavish. Artistnya itu adalah Bernhard Suryaningrat dia yang seniornya," tutur Haudy.
Haudy juga mengungkapkan bahwa sebelumnya ia tak mengetahui jika Jokowi akan mengenakan jaket tersebut untuk touring. Dia mengaku sangat senang jaket dari brandnya dikenakan Jokowi dan menjadi viral di media sosial.
"Waktu itu Pak Jokowi bilang ini mau dipakai, tapi tidak disebutkan untuk apanya. Makanya kita surprise betul dan happy banget karena istilahnya dipakai sama orang nomor satu di Indonesia, saya rasa itu ultimate goal dari setiap seniman-seniman yang ada di Indonesia untuk karyanya itu dipakai oleh presiden," imbuhnya.
Sabtu, 28 Oktober 2017 lalu Istana Bogor kedatangan tamu istimewa yang didominasi anak muda dan pelaku industri usaha kreatif. Maklum saja, momentum tersebut merupakan cara Presiden Joko Widodo (Jokowi) merayakan hari sumpah pemuda.
Salah satu yang hadir di antaranya adalah Decky Sastra, salah satu pendiri Rawtype Riot, sebuah merek pakaian made in Bandung. Yang menjadi istimewa, jaket buatan Decky secara spontan dipakai Jokowi. Bagaimana ceritanya?
"Waktu itu momennya sumpah pemuda, jadi mendadak waktu itu," cerita Decky saat detikFinance menyambangi langsung workshop Rawtype Riot di Jalan Rereng Adumanis, Bandung, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Decky mengaku, saat itu ia diajak temannya dari Gentlemen's Pact untuk menghadiri peringatan sumpah pemuda di Istana Bogor. Gentlemen's Pact mengajak brand-brand product lokal, salah satunya Rawtype Riot.
"Waktu itu kita diundang oleh Presiden untuk angkat pergerakan anak muda itu seperti apa? Saya sebenarnya diundang sebagai Decky Sastra, waktu itu untuk live painting di Istana Bogor. Tapi ketika diajak Gentlemen's Pact, Saya harus bawa product yang akan Saya pamerkan ketika acara,"
Waktu itu, kata Decky, ia hanya terbayang untuk melakukan live painting di Istana Bogor. Maklum, di kalangan komunitas penghobi otomotif, Decky sendiri dikenal sebagai seniman lukis yang karyanya banyak dituangkan dalam berbagai media seperti helm, tangki motor hingga jaket.
"Waktu itu saya terbayangnya productnya cuma pelengkap saja. Eh enggak tahunya, dia (Jokowi) datang. Kaget juga tiba-tiba dia datang," aku dia.
Tak disangka, Jokowi yang menyambangi tempatnya memamerkan produk langsung tertarik perhatiannya pada sebuah jaket berwarna hijau dengan gambar tengkorak dan kuas lukis. Decky mengaku kaget karena saat Jokowi datang, ia sedang sibuk melukis sepatu pesanan rekannya yang ingin sepatu kesayangannya punya tampilan unik.
"Waktu itu Saya lagi ngerespons sepatu, Saya lagi painting sepatu-nya Exodos 57 (merek sepatu made in Bandung). Waktu dia (Jokowi) datang, tanya lagi apa? Saya jawab, lagi painting sepatu, dia langsung tertuju melihat jaket. Dia lihat bagus bahannya jahitannya. Langsung dipakai sama dia," kata Decky.
Uniknya, Jokowi tak cuma-cuma mengenakan jaket tersebut. "Dia beli. Enggak gratisan," tandas dia.
Motor bergaya retro milik Royal Enfield menjadi pembicaraan karena motor dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk touring ke Sukabumi mengunjungi Program Padat Karya Cash bersama rombongan menteri.
Usut punya usut, motor tunggangan Jokowi yang nyentrik tersebut ternyata dimodifikasi di Bengkel Elders Garage.
Salah satu founder Elders Garage, Heret Frasthio menjelaskan, ia bersama rekannya Andrianka dan dua founder lain membuka bengkel custom Elders Company di tahun 2014.
Heret menjelaskan, di awal bisnisnya Elders Company hanya menyediakan riding gear (perlengkapan berkendara) dan apparel (pakaian). Kemudian setelah serius menekuni bengkel custom motor, dua tahun kemudian pihaknya membuka bengkel yang lebih besar.
"Baru dua tahun ini besar karena kita berusaha dekat dengan teman-teman komunitas motor, kemudian media sosial. Dari informasi itu kita bisa berkembang sampai sekarang," kata dia saat dihubungi detikFinance, Selasa (10/4/2018).
Dari penelusuran detikFinance, jenis motor yang dicustom oleh Elders Garage merupakan jenis motor retro Royal Enfield Bullet berkapasitas mesin 350 cc. Bentuk awalnya bahkan sangat sederhana dengan jok standar, serta bentuk stang motor biasa.
Warna body motor pun hampir keseluruhan hitam, hanya ada beberapa warna silver muncul yaitu warna dalaman mesin motor yang samar terlihat di balik desain motor retro milik Royal Enfield Bullet.
Mengutip laman resmi Royal Enfield Indonesia, harga motor ini dibandrol Rp 64.500.000.
Lelaki yang memiliki background profesional photogreper ini menjelaskan, Motor Royal Enfield Bullet yang sudah dimodifikasi menjadi warna emas, stang tinggi dan tampak nyentrik, motor tersebut ditawarkan dengan harga Rp 150 juta di setiap pameran.
Sepatu sneaker berwarna hitam putih yang dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sejumlah kesempatan menjadi sorotan. Sepatu tersebut adalah buatan lokal, yang mereknya dimiliki oleh Nah Project.
Adalah Rizky salah satu Co-Founder sekaligus CEO Nah Project. Dia menceritakan bagaimana awal mula berdirinya Nah Project, yang baru dimulai akhir 2017.
"Jadi sebenarnya kita mulai bisnis NAH Project itu dari Oktober 2017. Jadi baru sekitar 10 bulan umurnya. Terus dalam 10 bulan sebenarnya baru mulai brand sneakers baru 2018," katanya saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (2/8/2018).
Awalnya sepatu yang mereka pasarkan adalah sepatu kulit imitasi untuk kebutuhan formal.
"Nah karena bermodal dulu sempat belajar marketing, produksi sepatu kulit di Bandung, jadi kita mulai dengan sepatu kulit, sebenarnya kulit imitasi, tapi sepatunya yang formal. Itu satu satunya yang kita keluarin di NAH Project di awal awal kita berdiri," ujarnya.
Sejak Oktober eksperimen terus dilakukan. Pada bulan pertama, Nah Project baru bisa menjual 20 pasang sepatu. Total ada 30 pasang sepatu yang diproduksi. Dia dibantu oleh vendor sepatu kenalannya.
"Karena ada kenalan sama tukang yang bisa produksi sepatu, vendor sepatu yang di Bandung, kita bisa utang. Jadi awalnya kita utang sebulan, kita produksi 30 pasang. Utang sebulan, kita jual semua, baru kita puterin uangnya, terus produksi lagi," lanjutnya.
Baru setelah banyak eksperimen, Nah Project fokus memproduksi sepatu sneakers.
"Awal awal kita keluarin sepatu formal hitam cokelat, warna formal. Terus seiring bergeraknya pasar kita ke arah lebih muda, kita lihat yang hitam sama cokelat nggak laku lagi, akhirnya kita produksinya lebih ke yang color full, sporty," jelasnya.
Rizky, kala itu dibantu oleh 3 rekannya. Di awal, Nah Project hanya terdiri dari 4 orang tim, yang kini ada 8 orang.
Gally Rangga tak pernah menyangka karya sepatu buatannya dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lelaki asal Kota Bandung ini merupakan mantan pengamen yang sukses berbisnis sepatu kulit dengan omzet Rp 200 juta per bulan.
Gally yang tumbuh di jalan memiliki kesukaan musik bergendre rock, sehingga Gally menyukai gaya tampilan yang garang, dari mulai baju bernuansa gelap, celana jeans sobek-sobek sampai sepatu kulit.
Dari ceritanya, hanya sepatu kulit yang tidak bisa ia beli, karena pada zaman dulu harga sepatu kulit sangat mahal dan Gally tidak bisa membelinya.
Untuk menunjang penampilannya, Gally pun berinisiatif membuat sendiri sepatu kulit. Dari beberapa relasi anak jalanan yang dikenalnya, Gally mencari tukang pembuat sepatu lokal. Namun setelah dicari sampai ke pabrik sepatu kulit lokal, masih saja harganya mahal.
Setelah itu, Gally mengaku mulai berkeinginan membuat sepatu sendiri. Hingga akhirnya Gally menemukan tukang pembuat sepatu yang masih merintis dan mendapatkan harga yang terjangkau. Dari saat itu Gally mengakui, keinginannya untuk berbisnis sepatu kulit mulai kuat.
Gally yang setiap hari mengamen mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk mengumpulkan modal usaha. Penghasilannya harus dibagi untuk makan dan kehidupan sehari hari.
Meski kini sudah cukup dikenal, Gally mengaku masih belum puas. Ia ingin produknya semakin dikenal. Sehingga ia rajin mengikuti beragam pameran di berbagai acara-acara komunitas.
Dari beberapa pameran yang pernah dilakukan, demi memperluas pasar sepatu, ternyata Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah tertarik dan langsung membeli sepatu buatan Gally.
"Waktu itu di acara sumpah pemuda di Istana Bogor, saat itu kita pamerin produk- produk lokal, nah kebetulan pas Pak Jokowi lewat di stand kami, beliau langsung melihat dan tertarik sama sepatunya," kata dia.
Jokowi yang saat itu tertarik untuk membeli sepatu jenis sneakers kulit dengan paduan tenun khas Exodos yaitu Elaborate. Gally mengatakan sepatu yang dibeli Presiden Jokowi harganya sekitar Rp 1,5 juta.
"Kemarin itu showcase pas Pak Jokowi lewat kita, Pak Jokowi langsung lihat sepatu itu langaung diambil. Tapi ketika dicobain sizenya kegedean. Dia akhirnya pesen, kemudian jadi beli ke anak-anak di toko. Sama pas pamprensya kalau nggak salah. Harganya Rp 1,5 juta," sebutnya.
"Saya senang aja bapak suka sepatu saya karena saya benar-benar nggak punya bakground sama sekali (desain) saya juga nggak ngerti kenapa bisa bisnis sepatu. Saya lama ngamen dan hidup dijalan bahkan sampai sekarang," kata dia.