Enggar bertolak langsung ke AS pada akhir Juli kemarin dengan tujuan membahas fasilitas generalized system of preferences (GSP) terhadap 124 produk ekspor Indonesia.
"Kita tunggu. Kita sudah ke sana. Sudah ada penjelasan dua kali," kata Enggar di Komplek Istana, Jakarta Pusat, Selasa (7/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enggar bilang, hasil lobi yang digencarkan pemerintah Indonesia akan diputuskan oleh AS sendiri. Saat diskusi berlangsung, dirinya mengungkapkan bahwa Indonesia ingin meningkatkan perdagangannya dengan AS tanpa merugikan neraca dagang negeri Paman Sam.
"Saya menjelaskan kita membawa misi dagang untuk menaikkan target perdagangan dari US$ 28 (billion) ke US$ 50 billion. Ini bisa dilakukan jika GSP facility tetap yang menguntungkan kedua belah pihak," ungkap dia.
Diketahui, Enggar melakukan kunjungan kerja ke AS akhir Juli 2018. Tujuan utama Mendag ke AS bertemu United States Trade Representative (USTR) membahas 124 produk ekspor Indonesia yang menerima fasilitas GSP.
Pembahasan itu dilakukan bersama Duta Besar USTR Robert E Lighthizer di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
"Dinner di kediaman Dubes dengan 8 congressman dari 4 negara bagian yang juga dihadiri Deputi USTR, kita mendapatkan support. Saya sampaikan semua peningkatan perdagangan ini bisa terjadi kalau ekonomi kita tumbuh, dan salah satu persyaratannya GSP kita tetap diberikan," ujar Enggartiasto di Kementerian Perdagangan, Senin (6/8/2018).
Saat ini Pemerintah AS melalui USTR mengevaluasi produk-produk ekspor Indonesia yang masih layak mendapat fasilitas GSP. Melalui GSP Pemerintah AS memberi potongan bea masuk terhadap produk ekspor sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Jika produk tersebut dikeluarkan dari GSP, otomatis akan terkena bea masuk lebih mahal. Enggartiasto menyampaikan kepada Robert E Lighthizer untuk mendukung 124 produk ekspor Indonesia mendapat fasilitas GSP. Menurutnya Lighthizer akan menyampaikan permintaan tersebut ke Presiden AS Donald Trump. (ara/ara)