Isu serbuan TKA asal China dianggap selesai lantaran banyak pihak yang sudah membuktikan langsung ke lokasi kawasan industri tersebut. Hasilnya memang tidak terbukti bahwa ada jutaan TKA khususnya dari China yang bekerja di sana.
"Anggap saja dengan temuan ini sudah case closed, karena sudah banyak pihak yang melakukan kunjungan ke sana dan hasilnya kurang lebih sama," kata Hanif di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIMP) belakangan menjadi viral tentang isu pemanfaatan TKA khususnya dari China. Dari hasil kunjungan yang dilakukan, jumlah TKA mencapai 3.121 yang tersebar di 16 perusahaan. Sedangkan jumlah tenaga kerja lokalnya mencapai 25.447 orang.
"Teman-teman komisi IX sudah ke sana, teman-teman pengawas Kemenaker sudah ke sana, teman2 dari satgas yang terdiri dari 24 K/L sudah turun ke sana, wartawan secara mandiri sudah turun ke sana," kata Hanif.
"Yang kita dengar dari dialog tadi bahwa temuan dari teman wartawan yang berkunjung ke sana relatif tidak jauh berbeda dengan yang selama ini disampaikan Kemnaker," tambah dia.
Lanjut Hanif, pemanfaatan TKA pun dilakukan dalam rangka perluasan kesempatan kerja baik bagi TKA itu sendiri maupun tenaga kerja lokal.
"Itu tandanya kawasan industri di Morowali sana membutuhkan perluasan kesempatan kerja, dan memberikan kesempatan untuk transfer of knowledge, teknologi, sehingga tenaker lokal memiliki kompetensi yang lebih baik," ujar dia.
Selain itu, Hanif bilang jumlah pemanfaatan TKA sampai Juni 2018 terus bertambah, namun jumlahnya memang masih di bawah 100.000 orang. Penambahan tersebut pun bukan berarti mengancam eksistensi tenaga kerja lokal.
Sebab, semua TKA yang masuk ke Indonesia harus sesuai kualifikasi dan bukan sebagai tenaga kerja kasar. Apalagi, jika berbicara mengenai SDM terdapat tiga isu yang harus diselesaikan yaitu kualitas, jumlah, dan penyebarannya.
"Jadi misalnya kita ada jagoan matematika, fisika, ngelas ada, bahkan kita selalu kirim untuk asian skill competition, kita banyak juara. Tapi banyak nggak jumlahnya, makanya muncul soal kuantitas, jumlah, ya itu menjadi tantangan kita karena 60% dari 133 juta angkatan kerja kita masih lulusan SD/SMP," tutup dia.