-
Realisasi investasi di sepanjang tahun ini cukup mengecewakan. Para investor asing khususnya melakukan pengereman untuk berinvestasi di Indonesia.
Badan Koodinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat jumlah reasliasi penanaman modal di triwulan II-2018 menurun dibanding trwiulan sebelumnya.
Jika dilihat secara komulatif, realisasi investasi di semester I-2018 tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun pertumbuhannya menurun.
Penyebabnya lantaran para investor asing melakukan pengereman untuk berinvestasi di Indonesia. Bahkan menurut BKPM ini merupakan pertama kalinya angka Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami penurunan.
BKPM mencatat realisasi penanaman modal di triwulan II-2018 (April-Juni) sebesar Rp 176,3 triliun. Angka itu turun dibanding realisasi investasi triwulan I-2018 (Januari-Maret) sebesar Rp 185,3 triliun.
Jika dibandingkan dengan realisasi penanaman modal di triwulan II-2018 memang meningkat 3,1% dari Rp 170,9 triliun. Namun pertumbuhannya juga jelas melambat yang sebelumnya tumbuh 12,7%.
Sedangkan realisasi investasi di sepanjang semester I-2018 sebesar Rp 361,6 triliun. Angka itu mencapai 47,3% dari target realisasi penanaman modal tahun ini yang ditargetkan sebesar Rp 765 triliun.
Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis mengatakan, realisasi investasi di semester I-2018 sebenarnya tumbuh 7,4% dibanding realisasi investasi di semester I-2017 sebesar Rp 336,7 triliun. Namun pertumbuhannya mengalami perlambatan.
"Jadi terjadi perlambatan, semester I-2017 itu tumbuh 12,9%," tuturnya di Gedung BKPM, Jakarta.
Jika dipecah dari sumber investasinya, realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) di semester I-2018 sebesar Rp 204,6 triliun. Angka itu turun 1,1% dibanding realisasi investasi PMA di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 206,9 triliun.
Sementara realisasi PMDN naik cukup tinggi sebesar 21% dari Rp 129,8 triliun di semester I-2017 menjadi Rp 157 triliun. Kenaikan itu cukup menutupi turunnya realiasi investasi PMA.
Salah satu faktor menurunnya realisasi investasi adanya penurunan realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar 12,9% dari Rp 109,9 triliun menjadi Rp 95,7 triliun.
Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis mengatakan, penurunan realisasi investasi PMA saat ini merupakan pertama kalinya terjadi sejak 2013.
"Iya, ini pertama kali sejak 2013. Ini data kami sejak 2013. Dari 2013 itu enggak pernah kejadian," ujarnya.
Jika dilihat secara triwulanan, menurut Azhar pertumbuhan realisasi investasi PMA memang terus mengalami perlambatan.
"Misalnya triwulan II-2017 itu Rp 109,8 triliun, triwulan III-2017 Rp 111,7 triliun, triwulan IV Rp 112 triliun. Jadi hampir nol pertumbuhannya. Ini perlambatannya sudah kelihatan, terus turun hingga akhirnya minus," tambahnya.
Jika dilihat dari negara asalnya penurunan realisasi PMA yang paling besar terjadi dari Korea Selatan yang turun dari US$ 900 juta menjadi US$ 250 juta. Lalu realisasi investasi Jepang turun dari US$ 1,4 miliar menjadi US$ 1 miliar, Singapura turun dari US$ 2,6 miliar menjadi US$ 2,4 miliar, sedangkan dari Tiongkok masih sama US$ 700 juta.
"Korea Selatan itu turun paling jauh, makanya dia enggak masuk lagi 5 negara investasi paling besar di Indonesia," tambahnya.
Untuk realisasi investasi PMA paling besar masih dari Singapura sebesar 33,5%, lalu Jepang 14,4%, kemudian Tiongkok 9,4%, Hong Kong 8,2%, Malaysia 5,3% dan sisanya 29,2% dari negara lainnya.
Dari sisi bidang usaha investor asing masih besar menanamkan modalnya di sektor pertambangan. Tercatat di triwulan II-2018 total nilai realisasi investasi di pertambangan mencapai US$ 995,3 juta dengan 352 proyek.
Kedua di bidang perumahan, kawasan industri dan perkantoran senilai US$ 962,8 juta dengan 491 proyek. Ketiga bidang listrik, gas dan air US$ 898 juta dengan 313 proyek, keempat bidang industri logam, mesin dan elektronik senilai US$ 781 juta dengan 1.044 proyek dan kelima bidang transportasi, gudang dan telekomunikasi senilai US$ 586,3 juta dengan 314 proyek.
Dari realisasi investasi di semester I-2018 sebesar Rp 361,6 triliun, sekitar Rp 206,2 triliun atau 57% dari total berada di pulau jawa. Sedangkan secara triwulan II-2018 dari Rp 176,3 triliun sebanyak Rp 94,4 triliun (53,5%) juga masih di pulau jawa.
Jika dirinci dari realisasi penanaman modal asing (PMA) di sepanjang triwulan II-2018 (April-Juni) juga mayoritas masih di pulau jawa. Investor asing paking banyak investasi di Jawa Barat sebesar US$ 1,02 miliar atau mencapai 14,3% dengan total 2.897 proyek.
Posisi kedua provinsi yang paling ditaksir PMA adalah DKI Jakarta dengan nilai mencapai US$ 997,3 juta. Total proyeknya mencapai 3.039 proyek.
Ketiga Banten, PMA merelaisasikan investasi di provinsi ini pada triwulan II-2018 sebesar US$ 764,8 juta dengan 1.106 proyek. Keempat Sumatera Selatan US$ 603,4 juta dengan 172 proyek dan kelima Jawa Tengah US$ 506,3 juta dengan 464 proyek.
Menurut Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong ada beberapa penyebab yang membuat realisasi investasi menurun. Pertama investasi di triwulan I-2018 yang cukup besar di sektor e-commerce dan digital ekonomi, sehingga realisasi investasi di triwulan II-2018 sulit untuk mengejar.
Selain itu menurutnya pelemahan rupiah juga menjadi momok bagi investor asing menunda realisasi investasinya. Dolar AS saat ini saja sudah menembus Rp 14.600. Hal itu membuat investor menunda realisasi investasinya.
"Investor itu tidak membatalkan investasinya tapi hanya menunda. Itu yang membuat stabilitas Rupiah menjadi penting. Selama investor belum yakin rupiah bisa stabil mereka akan tunggu terus sampai dia yakin rupiah mencapai titik ekuilibrium yang baru," ucapnya.
Faktor eksternal menurutnya juga cukup mempengaruhi psikologis investor asing. Mulai dari perang dagang hingga yang terbaru gejolak ekonomi Turki yang mulai memasuki tahap krisis.
"Dampak krisis turki, transmisinya adalah melalui pasar uang dan pasar modal, yang mana terjadi penurunan likuditas terutama dolar diselurub dunia akibat penarikan kembali investor modal yang mereka investasikan di negara berkembang," terangnya.
Menurut Thomas penarikan modal yang dilakukan investor asing dilakukan negara-negara dengan ekonomi berkembang termasuk Indonesia. Hal itu pun cukup memberikan pengaruh pada realisasi investasi.
Dia juga memperkirakan, krisis ekonomi di Turki juga akan memberikan pengaruh pada realisasi investasi PMA di triwulan III dan IV 2018. Meskipun dia masih yakin target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp 765 triliun masih bisa dicapai meski berat.
Thomas juga mengingatkan kepada pemerintah agar berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Dia berharap pemerintah meminimalisir adanya kebijakan blunder yang bisa mempengaruhi psikologis investor.
"Tentunya kita harus ekstra menjaga jangan sampai ada namanya blunder policy. Kebijakan yang menganggetkan atau sangat berdampak pada sentimen investasi. Perlu diakui kebijakan yang blunder masih terjadi, meski berkurang banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tapu perlu digaris bawahi bahwa kita perlu ekstra waspada menjaga atau mencegah terjadinya policy blunder," tegasnya.
Sementara untuk urusan politik, menurut Thomas para investor cukup mengapresiasi pemerintah dalam menjaga stabilitas politik. Sentimen politik baru akan terasa di tahun depan yang menjadi tahun Pemilu.