Korsel hingga Singapura Ngerem Tanam Modal Bikin Investasi RI Lesu

Korsel hingga Singapura Ngerem Tanam Modal Bikin Investasi RI Lesu

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 15 Agu 2018 12:12 WIB
Korsel hingga Singapura Ngerem Tanam Modal Bikin Investasi RI Lesu
Foto: Michael Agustinus

Menurut Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong ada beberapa penyebab yang membuat realisasi investasi menurun. Pertama investasi di triwulan I-2018 yang cukup besar di sektor e-commerce dan digital ekonomi, sehingga realisasi investasi di triwulan II-2018 sulit untuk mengejar.

Selain itu menurutnya pelemahan rupiah juga menjadi momok bagi investor asing menunda realisasi investasinya. Dolar AS saat ini saja sudah menembus Rp 14.600. Hal itu membuat investor menunda realisasi investasinya.

"Investor itu tidak membatalkan investasinya tapi hanya menunda. Itu yang membuat stabilitas Rupiah menjadi penting. Selama investor belum yakin rupiah bisa stabil mereka akan tunggu terus sampai dia yakin rupiah mencapai titik ekuilibrium yang baru," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktor eksternal menurutnya juga cukup mempengaruhi psikologis investor asing. Mulai dari perang dagang hingga yang terbaru gejolak ekonomi Turki yang mulai memasuki tahap krisis.

"Dampak krisis turki, transmisinya adalah melalui pasar uang dan pasar modal, yang mana terjadi penurunan likuditas terutama dolar diselurub dunia akibat penarikan kembali investor modal yang mereka investasikan di negara berkembang," terangnya.

Menurut Thomas penarikan modal yang dilakukan investor asing dilakukan negara-negara dengan ekonomi berkembang termasuk Indonesia. Hal itu pun cukup memberikan pengaruh pada realisasi investasi.

Dia juga memperkirakan, krisis ekonomi di Turki juga akan memberikan pengaruh pada realisasi investasi PMA di triwulan III dan IV 2018. Meskipun dia masih yakin target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp 765 triliun masih bisa dicapai meski berat.

Thomas juga mengingatkan kepada pemerintah agar berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Dia berharap pemerintah meminimalisir adanya kebijakan blunder yang bisa mempengaruhi psikologis investor.

"Tentunya kita harus ekstra menjaga jangan sampai ada namanya blunder policy. Kebijakan yang menganggetkan atau sangat berdampak pada sentimen investasi. Perlu diakui kebijakan yang blunder masih terjadi, meski berkurang banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tapu perlu digaris bawahi bahwa kita perlu ekstra waspada menjaga atau mencegah terjadinya policy blunder," tegasnya.

Sementara untuk urusan politik, menurut Thomas para investor cukup mengapresiasi pemerintah dalam menjaga stabilitas politik. Sentimen politik baru akan terasa di tahun depan yang menjadi tahun Pemilu.

(das/dna)
Hide Ads