-
Republik Namibia menawarkan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) untuk membangun infrastruktur di negaranya. Kedua belah pihak hari ini pun telah melakukan pertemuan membahas penjajakan kerja sama tersebut.
Direktur Utama WIKA Tumiyana mengatakan saat ini pihaknya masih tahap penjajakan untuk memilih proyek-proyek yang akan dikerjakan oleh BUMN konstruksi itu. WIKA masih mempertimbangkan proyek yang sekiranya menjanjikan.
"Kita diapelin lah ini, artinya kita bisa melakukan pilihan. Parameternya akan kita ukur," katanya dalam konferensi pers di Kantor Pusat Wika, Jakarta Timur, Rabu (29/8/2018).
WIKA pun akan segera mengirim tim ke Namibia untuk mendetailkan proyek-proyek yang ditawarkan oleh negara tersebut kepada WIKA.
Lantas, proyek infrastruktur seperti apa yang bakal digarap WIKA di Namibia?
Direktur Utama WIKA Tumiyana mengatakan ada sejumlah proyek yang ditawarkan oleh Namibia dan menjadi pertimbangan mereka. Proyek-proyek yang dimaksud, mulai dari pengembangan bandara, pembangunan pembangkit listrik, hingga pengembangan rel kereta.
"Jadi sudah komit Deputi Perdana Menteri (PM) Namibia, mereka perlu airport kapasitas 15 juta per tahun. Sekarang yang eksisting baru 3 juta," katanya dalam konferensi pers di Kantor Pusat WIKA, Jakarta Timur, Rabu (29/8/2018).
Dalam pertemuan hari ini, antara Direksi WIKA dan Deputi PM Namibia, negara di kawasan Afrika tersebut juga ingin menjalin kerja sama pembangunan pembangkit listrik. Namun hal-hal detail terkait proyek itu masih akan didalami.
"Beberapa proyek pembangkit yang diharapkan bisa kerja sama dengan kita. Dengan kemampuan WIKA di engineering, dan keuangan, kita bisa," sebutnya.
Wika juga mendapat tawaran untuk mengembangkan rel kereta di Namibia. Selain itu, masih ada beberapa proyek infrastruktur lain yang belum bisa dia sebutkan.
"Disampaikan juga mereka punya target development di railway sama infrastruktur lain yang mau mereka dorong," tambahnya.
Manajer Divisi WIKA untuk Kawasan Afrika, Mahendra Vijaya mengatakan, berdasarkan pengalaman WIKA membangun infrastruktur di luar negeri selalu melibatkan tenaga kerja dari Indonesia.
Hanya saja, terkait berapa jumlah tenaga kerja yang bakal dibawa ke Namibia masih dalam penghitungan. WIKA pun akan mengirim tim ke sana untuk melakukan penjajakan lebih lanjut.
"Nah itu nanti akan ditentukan oleh tipikal proyek seperti apa yang akan kita kerjakan, apakah nanti kita akan membawa tenaga kerja dari sini, seberapa banyak, mixing dengan lokalnya seperti apa, itu akan menjadi bagian dari kajian yang akan kita lakukan di Namibia," katanya dalam konferensi pers di Kantor Pusat WIKA, Jakarta Timur, Rabu (29/8/2018).
Pihaknya akan selektif dalam membawa tenaga kerja dari Indonesia. Jika di Namibia sudah ada tenaga yang memiliki skill yang dibutuhkan, maka tenaga kerja dari Indonesia tidak dilibatkan.
Selain itu, WIKA juga akan mengikuti peraturan keimigrasian di Namibia seperti apa.
"Kalau dari lokal tenaga tersebut ternyata sudah bisa mencukupi kebutuhan kebutuhan kita, ya kita akan ambil dari lokal," paparnya.
Direktur Utama WIKA Tumiyana menyampaikan negara di kawasan Afrika tersebut punya pandangan tersendiri mengapa tertarik melibatkan Indonesia membangun infrastruktur.
Pertama, karena WIKA sebagai BUMN konstruksi di Indonesia sudah beberapa kali menggarap infrastruktur di negara-negara kawasan Afrika, mulai dari Aljazair hingga Niger.
"Operation kita di Afrika sudah matang, orang pasti akan mengkomparasi di Aljazair kita kerjakan proyek di area konflik saja bisa jadi, bagus," katanya dalam konferensi pers di Kantor Pusat WIKA, Jakarta Timur, Rabu (29/8/2018).
Dia juga mengatakan, yang jadi nilai lebih adalah WIKA mampu menggarap bermacam-macam proyek.
"WIKA lengkap semua sektor industri punya. Dia, Namibia cerita mau bangun airport kita punya. Dia mau bangun rail way (rel kereta) kita punya, lengkap," paparnya.
Sementara itu, Direktur Operasi III WIKA Destiawan Soewardjono mengatakan, tawaran dari Namibia untuk WIKA menggarap proyek infrastruktur di negaranya, menunjukkan BUMN Indonesia punya kemampuan beroperasi di luar negeri.
Sekretaris Perusahaan WIKA Puspita Anggraeni menyampaikan, perusahaan akan memberikan upah yang berbeda antara pegawainya di Indonesia dengan di Namibia nantinya.
"Duta bangsa kita mendapatkan salary yang lebih tinggi dibanding pendapatan ketika menjadi tenaga kerja di lokal," katanya saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Duta bangsa adalah sebutan bagi tenaga kerja yang dikirim WIKA untuk mengerjakan proyek di luar negeri, termasuk Namibia. Hanya saja dia belum bisa menyebutkan berapa angka perbedaan upah tersebut.
Perusahaan plat merah tersebut punya pertimbangan tersendiri mengapa upah pekerja yang di bawa ke luar negeri lebih besar dibandingkan di dalam negeri. Hal itu berkaitan dengan tantangan yang lebih besar.
"Salah satu tujuan dari ekspansi proyek di luar negeri adalah meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan meningkatkan kompetensi duta bangsa, dimana dengan tantangan yang lebih tinggi serta membawa nama bangsa," lanjutnya.
Presiden Namibia Hage G Geingob berkunjung ke Indonesia. Salah satu agenda Geingob ke Indonesia adalah menghadiri Indonesia-Namibia Business Forum yang terselenggara di Ballroom Raffles Hotel, Ciputra World.
Geingob bertemu para pengusaha Indonesia seperti Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani dan Wakil Ketua umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani pada acara tersebut. Topik yang dibicarakan tentang peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara.
Dalam sambutannya, Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani mengatakan, kunjungan ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan kerja sama bagi dua negara.
"Kami harap kunjungan ini akan memberikan Namibia kesempatan untuk mengembangkan hubungan bilateral dengan Indonesia," kata Rosan di Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Dia berharap, kerja sama di bidang ekonomi meningkat, terutama perdagangan dan investasi.
"Terutama perdagangan, investor ralation. Indonesia selalu terbuka untuk investasi di Namibia," ujarnya.