Potensi Bisnis di Balik Penyelenggaraan Haji

Laporan dari Mekah

Potensi Bisnis di Balik Penyelenggaraan Haji

Fajar Pratama - detikFinance
Jumat, 31 Agu 2018 19:30 WIB
Foto: Fajar Pratama/detikcom
Mekah - Indonesia merupakan negara terbesar pengirim jemaah haji ke Arab Saudi. Begitu juga dengan ibadah umrah yang berlangsung nyaris sepanjang tahun. Hal ini jadi daya tawar yang tinggi bagi pemerintah Indonesia dari segi bisnis.

"Inti dari haji itu tentu saja ibadahnya. Tapi saya katakan bahwa penyelenggaraan haji secara umum tak berhenti pada proses itu saja," kata Konsul Jenderal RI di Jeddah M Hery Saripudin di kantornya pada Kamis (30/8/2018).

Hery mengatakan, penyelenggaraan ibadah haji bisa menjadi pengikat hubungan bilateral Indonesia dengan Arab Saudi dan berbagai pihak di dalamnya. Salah satunya mengenai perdagangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hubungan perdagangan kita terus membaik. Ekspor non-migas kita meningkat," kata Hery.

Kedatangan jemaah-jemaah Indonesia ke Saudi, lanjut Hery, merupakan captive market yang menggiurkan. Barang asal Indonesia apa pun bentuknya, katanya, pasti laku dijual di Saudi, terutama makanan.

"Jemaah haji pasti mengincar makanan Indonesia, seperti mie instan dan bumbu masak," ujarnya.

Berdasarkan Data Statistik Perdagangan KJRI Jeddah, total volume dagang Indonesia-Arab Saudi periode Januari- Juni 2018 mencapai 2.687 miliar dolar AS atau naik 23,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017 yang mencapai 2.177 miliar dolar AS.

Total perdagangan migas periode Januari- Juli 2018 senilai 1.517 miliar dolar AS naik 41,19 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2017 dengan nilai 1.074 miliar dolar AS. Total perdagangan nonmigas sampai dengan Juni 2018 mengalami kenaikan mencapai sebesar 6,07 persen dari 1.103 dolar AS pada Juni 2017 menjadi 1.170 miliar dolar AS pada periode yang sama di tahun 2018.

Kembali ke Hery, pria asal Indramayu ini menyatakan haji dan umrah harus dimanfaatkan untuk peningkatan devisa negara dan menguatkan kepentingan nasional. Pengusaha nasional harus menjalin komunikasi dengan para saudagar Saudi agar ekspor produk Indonesia terus meningkat, terutama menjelang musim haji.


"Setiap tahunnya ada 1,3 juta jamaah umrah datang. Belum lagi jamaah haji yang mencapai 220-an ribu orang dari Indonesia. Semuanya akan lebih baik bila difasilitasi dan dilayani dengan produk dalam negeri," ujar Hery.

Hery mencontohkan, hotel tempat jemaah menginap bisa diwajibkan untuk menggunakan handuk, sabun, dan sampo, buatan Indonesia. Kalau gagasan terealisasi, maka akan ada ribuan kamar mandi hotel menggunakan produk Indonesia.

"Pasarnya jelas ini. Harus dimanfaatkan betul," ujarnya.

Selama ini, lanjut Hery, Konsulat Jenderal Jeddah sudah memfasilitasi mereka untuk menjalin hubungan bisnis dengan pengusaha Indonesia. Harapannya, hal tersebut meningkatkan angka perdagangan Indonesia dan membantu melayani jamaah haji dan umrah di Tanah Suci agar mendapatkan produk negeri sendiri.


Hery meminta pada penyelenggaraan haji tahun depan pelaksana fungsi ekonomi dan perdagangan lebih aktif mengawasi jalannya pelayanan akomodasi dan katering jamaah. Terutama dalam hal kinerja importir barang dari Indonesia.

"Agar lebih memprioritaskan barang Indonesia untuk masuk dan dimanfaatkan para jamaah haji," kata Hery. (fjp/ang)

Hide Ads