Fakta soal Jack Ma, Manusia Terkaya yang Datang ke Asian Games

Fakta soal Jack Ma, Manusia Terkaya yang Datang ke Asian Games

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Minggu, 02 Sep 2018 09:55 WIB
Fakta soal Jack Ma, Manusia Terkaya yang Datang ke Asian Games
Foto: weibo.com/osports
Jakarta - Pendiri Alibaba, Jack Ma berkunjung ke Indonesia untuk menonton pertandingan sekaligus menghadiri penutupan Asian Games 2018. Kedatangan Jack Ma ke Indonesia ini cukup menarik perhatian banyak orang.

Jack Ma sendiri merupakan sosok yang inspiratif bagi banyak orang. Dia merupakan pengusaha asal China yang berhasil mengembangkan bisnisnya Alibaba hingga berskala internasional. Dia pun sempat didapuk sebagai orang paling kaya di kampung halamannya, juga di dunia.

Berapa sih harta kekayaan Jack Ma? Simak serba-serbinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Klik selanjutnya


Seperti dikutip dari Forbes, pengusaha yang dulunya hanyalah seorang guru miskin itu kini memiliki harta kekayaan US$ 38,2 miliar atau setara dengan Rp 565,36 triliun. Nilai kekayaan itu merupakan catatan per 31 Agustus 2018.

Dengan catatan harta kekayaannya itu, menempati posisi orang terkaya urutan 20 di dunia dan nomor 3 di negaranya, China. Selain itu, Jack Ma yang berusia 53 tahun itu juga didapuk menjadi orang paling berpengaruh ke-21 di dunia versi Forbes.

Jack Ma memutuskan untuk membawa Alibaba melantai di pasar modal. Saat itu nilai perusahaannya mencapai US$ 25 miliar. Saat ini, perusahaan e-commerce tersebut baru saja memiliki kapitalisasi pasar US$ 500 miliar atau setara dengan Rp 6.655 triliun.

Raihan tersebut membuat perusahaan yang dipimpin oleh Jack Ma ini bergabung dengan perusahaan yang sudah ada di klub Rp 6.655 triliun, yakni seperti Tencent, Apple, Alphabet (induk dari Google), Microsoft, Amazon, dan Facebook.

Tingginya harta kekayaan Jack Ma tak lepas dari bisnis e-commerce yang dibangunnya, Alibaba. Alibaba adalah salah satu online marketplace terbesar di dunia. Pada tahun 2014, Alibaba berhasil dinobatkan sebagai online marketplace tersukses dengan dana IPO mencapai Rp 289,9 triliun.

Saat ini, perusahaan e-commerce tersebut baru saja memiliki kapitalisasi pasar US$ 500 miliar atau setara dengan Rp 6.655 triliun.

Raihan tersebut membuat perusahaan yang dipimpin oleh Jack Ma ini bergabung dengan perusahaan yang sudah ada di klub Rp 6.655 triliun, yakni seperti Tencent, Apple, Alphabet (induk dari Google), Microsoft, Amazon, dan Facebook.

Begitulah awalnya Alibaba menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia. Jack Ma pun terus mengembangkan sayap bisnisnya ke negara-negara di Eropa hingga Asia.

Di Eropa, Jack Ma telah menetapkan target pertumbuhan yang agresif untuk Alibaba selama satu dekade mendatang. Dia menargetkan gross merchandise value sebesar US$ 1 triliun pada 2020 dan 2 miliar pelanggan hingga 16 tahun berikutnya.

Raksasa toko online asal China itu juga bahkan mengakuisisi saham perusahaan e-commerce asal Turki, Trendyol. Akuisisi saham oleh perusahaan e-commerce milik Jack Ma ini merupakan bagian rencana ekspansi global Alibaba Group.

Aksi korporasi Alibaba ini ditargetkan mampu menciptakan peluang dalam perkembangan bisnis e-commerce, digital payment dan rantai distribusi ritel di Turki.

Tak hanya itu, Jack Ma juga membangun jaringan bisnis di Indonesia. Lewat Alibaba, Jack Ma melakukan investasi senilai US$ 1,1 miliar ke Tokopedia, salah satu situs marketplace terbesar di Indonesia. Hal itu pun menjadikan Alibaba Group sebagai pemegang saham minoritas di Tokopedia.

Investasi yang dilakukan itu pun untuk memperkuat ekspansinya di kawasan Asia Tenggara. Jack Ma pun kemudian lewat Alibaba menambah investasi US$ 2 miliar ke Lazada per Maret 2018.

Jika dicatat, Jack Ma telah menanamkan sekitar US$ 4 miliar ke Lazada jika dihitung sejak dua tahun belakangan. Pada 2016, Alibaba berhasil mengambil alih Lazada dengan investasi awal sebanyak US$ 1 miliar.

Lalu, pada 2017, Alibaba menyuntik dana sebesar US$ 1 miliar. Hal tersebut dilakukan untuk menambah kepemilikan saham di Lazada dari yang sebelumnya 51% menjadi 83%.

Sebelum masuk ke e-commerce dalam negeri, Alibaba pun sudah masuk ke Indonesia melalui unit bisnis yang menaungi UCWeb dan anak-anaknya seperti UCNews dan UCBrowser.

Sebelum sukses seperti sekarang ini Jack Ma hanyalah seorang guru yang miskin. Pria kelahiran Hangzhou, Zhejiang, China 10 September 1964 itu berprofesi sebagai guru dan jasa penerjemah bahasa Inggris sekitar tahun 1990-an silam.

Jack Ma memang diketahui andal dan fasih berbahasa Inggris. Sejak kecil dia sudah belajar bahasa Inggris dengan para turis yang datang ke China.

Sebagai guru bahasa Inggris, Jack Ma pernah diminta mewakili sebuah perusahaan China untuk menagih utang pada seseorang di Amerika Serikat (AS). Dia meluangkan waktu datang ke rumah temannya Ken Morley di Seattle.

Di sana ada komputer yang terhubung internet. Saat itulah Jak Ma pertama kali mengenal internet. Jack ingin tahu tapi takut-takut. Bisa dibilang, itu sebagai perkenalan yang bersejarah bagi Jack Ma.

"Temannya itu lalu berkata jangan takut, kamu takkan merusaknya. Sentuh saja," cerita Porter Erisman, mantan Vice President Alibaba dikutip dari CNBC.

Setelah berani, dia mulai mencari bermacam-macam informasi. Jack Ma pun kagum dengan teknologi ini. Namun ketika mencari soal China, tidak muncul apa-apa. Di sinilah muncul gagasan dalam kepala Jack bahwa dia bisa memanfaatkan internet untuk berbisnis

"Dia berkata pada dirinya, jika aku bisa memasukkan perusahaan China di internet dan memungkinkan mereka terkoneksi dengan pebisnis di AS dan negara lain, mungkin saja aku bisa menciptakan bisnis yang powerful," kata Porter.

Setelah mengenal internet, ia memutuskan untuk memfasilitasi para pedagang. Tiongkok menjual barang ke luar negeri melalui dunia maya. Ini lah yang menjadi bagian penting terhadap karier Jack Ma dalam membangun bisnis e-commerce terbesarnya, Alibaba.

Kini, Jack Ma tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Di 2014, penawaran saham perdana (IPO) Alibaba sebesar US$ 25 miliar tercatat sebagai IPO terbesar dalam sejarah.

Saat ini, perusahaan e-commerce tersebut baru saja memiliki kapitalisasi pasar US$ 500 miliar atau setara dengan Rp 6.655 triliun.

Raihan tersebut membuat perusahaan yang dipimpin oleh Jack Ma ini bergabung dengan perusahaan yang sudah ada di klub Rp 6.655 triliun, yakni seperti Tencent, Apple, Alphabet (induk dari Google), Microsoft, Amazon, dan Facebook.

Jack Ma bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor siang ini. Dari pertemuan ini, Jokowi berharap ada pembaharuan komitmen investasi Alibaba di Indonesia.

Saat menyambut Jack Ma, Jokowi mengatakan Alibaba sebelumnya telah berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia lewat sektor e-commerce. Nilainya pun tak tanggung-tanggung, yakni mencapai miliaran dolar AS.

"Alibaba telah berkomitmen untuk menambah beberapa miliar dolar untuk berinvestasi di Indonesia. Terima kasih untuk berkomitmen di sektor e-commerce dan perekonomian Indonesia. Saya menanti kabar dari Anda hari ini tentang pembaruan komitmen Alibaba di Indonesia," ujar Jokowi kepada Jack Ma, Sabtu (1/9/2018).

Kehadiran Jack Ma sendiri ke Indonesia sebenarnya dalam rangka closing ceremonyAsian Games 2018 dan perwakilan Hangzhou sebagai tuan rumah Asian Games 2022. Namun tampaknya kedatangan pebisnis berjuluk 'Manusia Rp 570 Triliun' itu tak sekadar untuk Asian Games saja.

Rencananya, Jack Ma akan bertemu dengan sejumlah menteri Kabinet Kerja pada Minggu (2/9) ini untuk membahas pendirian Jack Ma Institute di Indonesia.

"Pak Presiden, Pak Darmin, Bu Puan, Pak Menseskab kemudian Bu Menlu dan saya memanfaatkan waktunya karena kapasitas Jack Ma sebagai adviser dari Steering Committee Peta Jalan e-commerce. Ada yang mengemuka dari pembahasan yakni masalah talent. Nanti, besok akan ditindaklanjuti dengan Jack Ma dan beberapa menteri ada Pak Darmin, Menteri Perindustrian dan saya serta 3-4 menteri lagi," kata Menkominfo, Rudiantara di Istana Bogor.

Terkait bisnis, Jack Ma memiliki banyak bisnis di Indonesia melalui investasi Alibaba di dua pemain toko online terbesar yakni Lazada dan Tokopedia.

Pada Maret 2018 lalu, Alibaba, menambah investasi mereka ke Lazada sebanyak US$ 2 miliar (Rp 29 triliun). Hal tersebut dilakukan sebagai usaha mereka untuk memperkuat ekspansinya ke kawasan Asia Tenggara.

Hide Ads