Sinyal Keras Washington: Pertemuan Trump dan Xi Jinping Makin Dekat

Sinyal Keras Washington: Pertemuan Trump dan Xi Jinping Makin Dekat

Amanda Christabel - detikFinance
Sabtu, 12 Jul 2025 19:45 WIB
U.S. President Donald Trump meets with Chinas President Xi Jinping at the start of their bilateral meeting at the G20 leaders summit in Osaka, Japan, June 29, 2019. REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo Purchase Licensing Rights
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo Purchase Licensing Rights
Jakarta -

Ada peluang besar bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu tahun ini. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio.

"Kemungkinannya tinggi. Saya rasa kedua belah pihak ingin melihatnya terjadi," ujar Rubio, di Kuala Lumpur, dikutip dari CNN World, Sabtu (12/7/2025).

Rubio mengatakan ia tidak dapat memberikan tanggal pasti, tetapi ada keinginan kuat dari kedua belah pihak untuk melakukan pertemuan tersebut. Ia bilang, penting untuk membangun situasi yang tepat sebelum pertemuan itu digelar, agar dapat mencapai hasil yang konkret.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rubio sempat bertemu dengan mitranya dari China, Wang Yi, di Kuala Lumpur pada hari Jumat untuk pertemuan tatap muka pertama antara kedua menteri luar negeri, yang berlangsung di tengah upaya AS dan China mengatasi ketegangan perdagangan dan bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Asia.

"Kita adalah dua negara besar dan kuat, dan akan selalu ada isu-isu yang kita tidak sepakati. Saya pikir itu adalah pertemuan yang sangat konstruktif dan positif, dan (masih) banyak pekerjaan yang harus dilakukan," beber Rubio.

ADVERTISEMENT

AS dan China telah mengalami hubungan dagang yang tegang sejak Trump kembali menjabat awal tahun ini, dengan eskalasi dan deeskalasi perang tarif yang dipicu oleh perang dagang global presiden AS dan perselisihan mengenai kontrol ekspor. Ketegangan mereda setelah kedua belah pihak menyepakati kerangka kerja perdagangan dalam perundingan antara para negosiator di London bulan lalu.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan rekan-rekan dari China untuk melanjutkan diskusi dalam beberapa minggu mendatang. Jeda 90 hari yang dinegosiasikan antara kedua belah pihak pada bulan Mei akan berakhir pada bulan Agustus 2025.

Para pejabat pemerintahan China telah mengecam tarif AS dan mengancam akan membalas jika AS mencapai kesepakatan dengan mitra dagang lain dengan mengorbankan kepentingan China. Ini menjadi penanda bahwa China melihat AS menggunakan perjanjian dengan negara lain sebagai sarana untuk menekan ekonominya.

Namun, kedua belah pihak mengisyaratkan bahwa pertemuan antara Menlu China dan Menlu AS produktif dan bernada positif, serta merupakan langkah menuju perluasan kerja sama. Selain itu, Rubio mengatakan pertemuannya dengan Wang memberi kedua belah pihak kesempatan untuk mengidentifikasi area-area kerja sama, tetapi ia tidak merinci area-area kerja sama yang memungkinkan.

"Itulah pesan kami - bahwa (kami memiliki) kesempatan di sini untuk mencapai stabilitas strategis dan mengidentifikasi area-area kerja sama yang dapat kami kembangkan bersama serta membangun komunikasi yang lebih baik dan kepercayaan yang terjalin," ujarnya.

Kedua belah pihak sepakat untuk memperkuat jalur diplomatik, komunikasi, dan dialog di semua tingkatan di semua bidang. Bahkan, Wang juga menegaskan kembali seruan agar AS memandang China dengan sikap objektif, rasional, dan pragmatis serta memperlakukannya secara setara.

Perang dagang Trump telah menambah kerumitan dalam perjalanan pertama Rubio ke Asia sebagai diplomat tertinggi AS. Dalam beberapa hari terakhir, AS telah mengirimkan surat ke sejumlah negara yang mengumumkan tarif yang akan mereka hadapi dalam waktu kurang dari sebulan, kecuali mereka mencapai kesepakatan dagang dengan AS.

Delapan dari 10 negara di ASEAN, termasuk Korea Selatan dan Jepang, akan menghadapi tarif dari AS pada 1 Agustus 2025, jika batas waktu implementasi tetap berlaku. Hal ini membuka peluang bagi Menteri Luar Negeri China, Wang, yang berupaya menyampaikan pesan bahwa China tetap menjadi mitra ekonomi yang stabil bagi kawasan tersebut.

Dalam pertemuan dengan rekan-rekan ASEAN pada Kamis (10/7/2025), Wang mengatakan China selalu menganggap ASEAN sebagai prioritas bagi diplomasi regional China.

Para pejabat pemerintah AS telah memosisikan kunjungan Rubio sebagai bagian dari upaya untuk menunjukkan bahwa AS tetap berkomitmen pada kawasan tersebut, di mana China merupakan mitra ekonomi utama tetapi juga memiliki perselisihan dengan negara-negara seperti Filipina terkait agresinya di Laut Cina Selatan.

"Dalam kunjungan pertamanya ke Asia sebagai menteri luar negeri, Menteri Rubio berfokus untuk menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk memajukan kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, dan aman," ujar Tammy Bruce, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Namun, Rubio menepis anggapan bahwa tarif AS dapat menciptakan peluang ekonomi bagi China di kawasan tersebut, dan mengatakan AS berkomitmen untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan yang sangat besar dengan negara-negara yang telah terakumulasi selama beberapa dekade terakhir.

"Kami sedang mengatur ulang tingkat tarif dengan hampir setiap negara di dunia," ujarnya, seraya menegaskan bahwa ketidakseimbangan tersebut tidak adil bagi AS dan pekerja AS.

Tahun lalu, AS mencatat defisit perdagangan barang sebesar US$ 295 miliar dengan China, menurut data dari Biro Sensus AS.

(fdl/fdl)

Hide Ads