Sebanyak 17 ekor kuda peserta cabang equestrian asal 22 negara pada Minggu (02/09) dikembalikan ke Liege, Belgia. Kepala Barantan Banun Harpini menyampaikan penghargaan pada Organisasi Kesehatan Dunia (OIE) yang telah memberikan bantuan teknis bagi tindakan perkarantinaan kuda di perhelatan akbar tingkat Asia tersebut.
"Perlakuan tindakan karantina terhadap kuda yang sesuai dengan standar dunia sangat penting bagi kesuksesan terselenggaranya Asian Games 2018, khususnya cabang olahraga berkuda. Asian Games memberikan momentum untuk meningkatkan kapasitas layanan perkarantinaan ke level yang lebih tinggi," ujar Banun, Senin (03/09/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banun mengatakan bahwa pendampingan tersebut sudah dilakukan jauh hari sebelum pelaksanaan event. Yaitu, saat proses notifikasi Health Certificate, Return Health Certificate dan juga protokol karantina ke 22 negara peserta cabang olahraga berkuda.
Menurutnya, persiapan Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), dan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) bahkan sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Mulai dari surveilans (pemantauan) penyakit kuda sesuai standar area bebas penyakit kuda (EDFZ) hingga sertifikasi.
Kementan bersama Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian juga menyiapkan venue Jakarta Equestrian Park (JEP) Pulomas dengan mengatur manajemen dan pergerakan kuda yang keluar masuk Jakarta dengan pemberian identifikasi untuk setiap kuda yg ada di sini. Termasuk upaya relokasi kawasan kuda delman yang tidak layak, serta kuda yang menunjukkan seropositive suatu penyakit.
"Barantan menyiapkan persyaratan karantina hewan khusus untuk importasi temporer (sementara) kuda untuk perlombaan," tambahnya.
Dijelaskan, langkah lainnya adalah pelarangan pemasukan kuda dari luar Jawa ke Jabodetabek. Serta, memperketat tindakan karantina pada importasi kuda dari negara lain dengan standar EDFZ. Untuk importasi kuda dari negara lain dengan standar kesehatan di bawah EDFZ, dilakukan kebijakan pelarangan guna memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Tak hanya itu, pemantauan penyakit kuda di lokasi Instalasi Karantina Hewan (IKH) dilakukan sebelum Stable Artyatasa di Desa Limo, Depok yang ditetapkan sebagai IKH oleh Kementan. Berbagai proses untuk menyelaraskan standar aturan, fasilitas, SDM dan tindakan perkarantinaan dengan lembaga kesehatan hewan dunia, terus berlanjut jelang Asian Games.
Banun menegaskan, kerja sama dengan laboratorium rujukan OIE untuk penyakit kuda yang telah dijalin selama perhelatan akan terus dilanjutkan. Hal ini penting, agar nantinya Indonesia menjadi peserta, penyelenggara bahkan menjadi pusat kompetisi berkuda berkelas dunia.
Sementara itu, Susanne, wanita asal Jerman yang telah ditunjuk khusus oleh OIE untuk mengawal kesehatan kuda peserta olahraga berkuda equestrian di Asian Games menyebutkan, Indonesia patut berbangga telah sukses menyelenggarakannya. Terutama equestrian yang membawa hewan hidup kuda sebagai sarana kompetisi olahraga tersebut.
"Indonesia telah sukses menyelenggarakan Asian Games, pesta olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade. Negosiasi dengan negara peserta dapat dilakukan dengan baik, terutama dengan negara dengan aturan tertutup namun karantina Indonesia dapat melakukannya dengan baik. Saya merasa ada banyak visi ke depan dan saya senang jika nanti dapat bergabung dan berbagi pengetahuan dalam tindakan karantina khusus," tutur Susanne.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementan, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Jakarta dan pihak swasta, telah mengeluarkan banyak biaya dan energi untuk mencapai pengakuan EDFZ saat Asian Games 2018.
Susanne berharap, para pihak dapat melanjutkan proses ini agar dapat mempertahankan dengan berkonsultasi pada Atase Pertanian KBRI di Brussel di Komisi Uni Eropa, Dr Wahida Maghraby. (ega/hns)