Fakta Seputar Bongkar Pasang Direksi BUMN

Fakta Seputar Bongkar Pasang Direksi BUMN

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 14 Sep 2018 09:58 WIB
Fakta Seputar Bongkar Pasang Direksi BUMN
Jakarta - Bongkar pasang direksi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terjadi beberapa waktu belakangan ini. Yang terbaru, perubahan susunan direksi terjadi pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT Pertamina (Persero).

Di Garuda Indonesia, sejumlah posisi direksi mengalami perubahan, termasuk di pucuk pimpinan. Begitu juga di Pertamina, beberapa pejabat mengalami perubahan posisi.

Pergantian pengurus perusahaan pelat merah ini kemudian menimbulkan berbagai persepsi, dari proses pemilihan yang dianggap tidak hati-hati hingga kinerja direksi yang tidak konsisten.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian BUMN sebagai pemegang saham akhirnya buka suara terkait perombakan direksi tersebut. Berikut berita selengkapnya:
Seringnya perombakan jajaran direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menimbulkan kecurigaan. Apalagi pergantian direksi dilakukan jelang tahun politik.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu memandang ada tiga kemungkinan mengapa sering sekali Menteri BUMN Rini Soemarno merombak direksi BUMN. Pertama, pergantian direksi menunjukkan bahwa pada saat pengangkatan proses pemilihannya tidak hati-hati.

"Kedua mungkin memang penilaian kinerja dari direksi itu sendiri, mungkin kerjanya tidak konsisten," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (13/9/2018).

Sementara yang ketiga, ada kemungkinan intervensi dalam pemilihan direksi BUMN. Kemungkinan ini yang menimbulkan kecurigaan.

Said menjelaskan ada berbagai macam keuntungan yang diincar untuk menjadi direksi BUMN. Pertama bisa melakukan intervensi dari sisi pengadaan barang dan jasa.

Lalu dalam menempatkan direksi BUMN juga bisa melakukan intervensi dari sisi kerja sama investasi maupun operasi. Direksi BUMN juga bisa menentukan dari sumber pendanaan perusahaan nantinya.

"Lalu bisa juga dia menempatkan orang-orangnya di BUMN. Terakhir dia bisa menetapkan kegiatan agenda politik secara tersembunyi," tegasnya

Said juga menerangkan, proses penentuan direksi BUMN memang dipilih oleh Menteri BUMN. Namun Presiden seharusnya juga ikut menentukan, sebab ketua Tim Penilai Akhir sekarang diisi oleh Presiden.

"Proses seleksi memang ada di Menteri BUMN, tapi penetapan akhir lewat Tim Penilai Akhir yang diketuai Presiden. Jadi kalau ada yang katakan Presiden tidak tahu, itu sulit diterima," tambahnya.

Pahala N Mansury resmi ditunjuk sebagai Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero). Pahala sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Pahala menggantikan Arief Budiman yang sebelumnya duduk di kursi Direktur Keuangan Pertamina. Arief menjabat sebagai Direktur Keuangan Pertamina sejak 2014 hingga 2018.

Perombakan direksi Pertamina sebelumnya juga dilakukan Menteri BUMN Rini Soemarno. Rini mengukuhkan Nicke Widyawati sebagai Direktur Utama Pertamina dari sebelumnya Plt Direktur Utama.

Diangkatnya Pahala sebagai Direktur Keuangan Pertamina juga langsung diperbarui di laman perseroan. Nama Pahala tertulis di profil direksi.

Selain Pahala, Ignatius Tallulembang juga ditetapkan sebagai Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina.

Keputusan tersebut tertuang dalam Salinan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-242/MBU/09/2018, tertanggal 13 September 2018, tentang Pemberhentian, Pengalihan Penugasan dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan PT Pertamina. RUPSLB ini juga memberhentikan dengan hormat Gigih Prakoso dan Arief Budiman.

"Perputaran direksi ini merupakan penyegaran dalam rangka penguatan BUMN. Kami melihat ini sesuai kebutuhan serta kemampuan dari individu sendiri. Sehingga, alasan pergantian antar jajaran direktur di perusahaan BUMN lebih pada kebutuhan dalam menghadapi tantangan terhadap BUMN ke depannya," kata Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno dalam keterangannya, Kamis (13/9/2018).

RUPSLB juga mengalihkan penugasan Heru Setiawan yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Megaproyek Petrokimia dan Pengolahan menjadi Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko, menggantikan Gigih Prakoso yang saat ini telah menjabat sebagai Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Pelantikan Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Arief Budiman oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berlangsung kemarin. Arief menggantikan posisi Heru D Adhiningrat, yang telah menjabat sebagai Direktur Utama PT Danareksa (Persero) selama 9 tahun.

Adapun keputusan pergantian Direktur Utama tersebut tertuang dalam Salinan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Danareksa Nomor SK - 241/MBU/09/2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Direktur Utama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Danareksa tertanggal 13 September 2018.

Pada surat keputusan tersebut menyebutkan, memberhentikan dengan hormat Heru D Adhiningrat sebagai Direktur Utama PT Danareksa (Persero) dengan ucapan terima kasih atas segala sumbangan dan pikirannya selama memangku jabatan tersebut.

Pada SK tersebut juga mengangkat Arief Budiman sebagai Direktur Utama PT Danareksa (Persero). Jabatan terakhir Arief Budiman adalah sebagai Direktur Keuangan PT Pertamina, yang dijabatnya pada periode tahun 2014-2018.

Arief meraih gelar Sarjana Tehnik Industri dari Institut Teknologi Bandung (1996) dan memperoleh gelar Master of Business Administration (Honors) dari The Wharton School, University of Pennsylvania. Perjalanan kariernya diawali dari tahun 1997 di Konsultan Booz Allen & Hamilton, Asia, Merryl Lynch (Summer Associate, Investment Banking) (2001), Booz Allen & Hamilton, USA (Associate, 2003 - 2004) dan PT McKinsey Indonesia (jabatan terakhir President Director 2004-2014).

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) buka suara terkait perombakan direksi perusahaan BUMN yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Perombakan itu di antaranya terjadi pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT Pertamina(Persero).

Pergantian pengurus Garuda Indonesia menjadi sorotan salah satunya karena dicopotnya Pahala N Mansury sebagai Direktur Utama. Kemudian, Pahala ditempatkan ke Direktur Keuangan Pertamina.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno menerangkan, Pahala Mansury ditempatkan ke Pertamina karena ia dianggap sukses menekan kerugian di Garuda Indonesia. Menurutnya, Pahala dibutuhkan di Pertamina karena tengah menghadapi tantangan terkait kenaikan harga minyak serta dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.

"Karena dianggap Pak Pahala paling ngerti keuangan, dia punya latar belakang bank bankir, Pertamina cocok pas. Ada bankir konsultan, kemudian di BUMN, Garuda," kata dia di Kementerian BUMN Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Kemudian, Direktur Keuangan Pertamina sebelumnya Arief Budiman dipindahkan ke PT Danareksa (Persero) sebagai Direktur Utama. Hal ini juga bukan tanpa tujuan.

Harry mengatakan, keputusan pemerintah memindahkan Arief ke Danareksa untuk menyukseskan holding perbankan. Arief dianggap sukses dalam pembentukan holding migas saat di Pertamina.

"Kan dia pengalaman holding migas, orang keuangan, konsultan," ujarnya.

Terkait pengangkatan I Gusti Ngurah Askhara atau Ari Askhara menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Harry mengatakan, hal itu karena Ari memiliki pengalaman di perusahaan maskapai pelat merah tersebut.

Hide Ads