Sejarah Alpina, Tas Legendaris ABG 90-an

Bisnis dan Komunitas

Sejarah Alpina, Tas Legendaris ABG 90-an

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 16 Sep 2018 13:46 WIB
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikFinance
Jakarta - Hari Kamis tepatnya 1 Agustus 1985, Paidjan Adriyanto mendirikan Alpina, yakni sebuah merek dagang perlengkapan dan pakaian outdoor asal kota kembang, Bandung. Alpina terkenal akan tasnya yang banyak digunakan anak-anak era 90an.

Dalam mendirikan Alpina, awalnya Yanto melihat peluang dari perlengkapan dan pakaian outdoor tersebut. Ia pun lantas membuka workshop di kawasan Cisitu, Dago.

Sebelum membuat Alpina, Yanto adalah seorang pegawai sebuah pelopor penyedia perlengkapan mendaki gunung bernama Jayagiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun karena Jayagiri saat itu sibuk dan fokus mengerjakan proyek dari Kementerian Pertahanan, ide-ide yang dimiliki Yanto tak bisa terserap dengan baik. Akhirnya, Yanto mengundurkan diri dan membuat merek Alpina.

"Ada kesempatan di situ, saya keluar dari Jayagiri dan membuat Alpina, tepatnya 1 Agustus (1985) saya dirikan," kata Yanto kepada detikFinance pekan lalu.

Nama Alpina bukanlah hasil contekan dari brand mobil luar negeri, tapi adalah sebuah singkatan yakni Alam Pegunungan Indonesia (Alpina). Ini karena Yanto sejak dulu adalah pecinta alam dan terlahir di keluarga yang dekat dengan alam.

"Ya sebenarnya Alpina singkatan dari Alam Pegunungan Indonesia, lihat saja dari logonya ada gambar gunung dan bendera merah putih. Kalau gelombang-gelombang itu menggambarkan alam di Indonesia. Kebetulan ayah saya kerja di Perhutani dan saya juga gabung Wanadri," tambah dia.


Berbekal 'uang pisah' dari Jayagiri sebesar Rp 1,5 juta. Yanto mulai membuat dan mengerjakan pesanan tas. Modal awal yang ia gunakan untuk membuat tas sebesar Rp 800.000.

Saat itu ia mendapat pesanan mengerjakan tas untuk penyimpanan bola golf sebanyak 500 buah. "Awalnya justru pesanan untuk tas golf itu, sisanya baru saya gunakan untuk beli bahan 3 roll, barulah saya bikin produk seperti tas," tambah dia.

Setelah memproduksi tas, Yanto melakukan pemasaran seorang diri. Ia berkeliling dari toko ke toko untuk menawarkan tas hasil buatannya.

Ia bahkan memasarkan ke wilayah Jawa Tengah seperti Semarang, kemudian Yogyakarta, Malang dan Surabaya, kemudian Jakarta dan sekitarnya. Hal ini dilakukan agar Alpina bisa terkenal di pasaran.

Produk Alpina kemudian booming di era 90an hingga sempat tergilas krisis moneter tahun 1997-1998. Memang, saat itu periode 1990an Alpina tak memiliki pesaing berat dan Alpina juga memiliki jaringan pemasaran yang luas di seluruh Indonesia.

Namun saat krisis melanda pada era 1997-1998, produksi Alpina turun. Toko-tokonya berguguran, agar lebih efisien Alpina memang mengurangi produksi barang. Dan kini tersisa satu showroom di Bandung. Kini, Alpina mulai kembali ke peredaran pakaian untuk pecinta alam untuk para pelanggan setianya.



(kil/fdl)

Hide Ads