Aneka Bisnis #CrazyRichSurabayan, dari Rokok sampai Sabun Colek

Aneka Bisnis #CrazyRichSurabayan, dari Rokok sampai Sabun Colek

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 20 Sep 2018 08:39 WIB
1.

Aneka Bisnis #CrazyRichSurabayan, dari Rokok sampai Sabun Colek

Aneka Bisnis #CrazyRichSurabayan, dari Rokok sampai Sabun Colek
Foto: Mindra Purnomo/Infografis
Jakarta - Orang-orang tajir melintir di kota Pahlawan, Surabaya sedang jadi perbincangan di dunia maya. Kisah mereka terkumpul dalam hastag #CrazyRichSurabayan.

Dari banyaknya jumlah orang kaya itu, beberapa diantaranya merupakan pengusaha sukses yang perusahaanya sangat besar di Indonesia.

Ada pengusaha yang bisnisnya memproduksi rokok hingga bisnis sabun colek. Selain berbisnis, orang orang dengan harta berlimpah ini juga memiliki hobi atau kesukaan, mulai dari bermain golf sampai hobi membagi-bagikan duit kepada orang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mau tau siapa saja mereka? Berikut ulasannya:
Bos Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo merupakan orang terkaya nomor 3 di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2017. Gudang Garam kini merupakan salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang berasal dari Kediri, Jawa Timur.

Hal tersebut menjadikan Susilo disebut-sebut sebagai salah satu #CrazyRichSurabayan, alias orang tajir melintir yang berasal dari Surabaya dan sekitarnya.

Mengutip Forbes, kekayaanya mencapai US$ 8,8 miliar atau setara dengan Rp 130 triliun (kurs Rp 14,800). Perusahaannya mampu memproduksi 70 miliar batang rokok setiap tahunnya.

Surya Wonowidjojo sang ayah, merupakan pendiri Gudang Garam pada 1958. Saat ini Susilo menduduki posisi Presiden Direktur sejak 2009 dan saudara perempuannya Juni Setiawati merupakan presiden komisaris.

Saat itu Gudang Garam hanya memproduksi rokok lintingan dari daun jagung. Ayah Susilo berupaya keras untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pabrik itu dan akhirnya berkembang pesat.

Pelan-pelan karyawan mulai direkrut dan Gudang Garam menguasai perkebunan tembakau. Pada 1966 Gudang Garam menjadi pabrik rokok kretek terbesar pada 1966.

Pada 1985, ayah Susilo meninggal dunia. Saat itu Gudang Garam sudah menguasai pasar rokok di Indonesia. Tahta turun kepada kakak Susilo yakni Rahman Halim. Susilo saat itu menjabat sebagai direktur.

Susilo sangat pandai, ia sering membuat terobosan baru misalnya mengembangkan mesin khusus yang memproduksi rokok kretek.

Pada 2008 sang kakak meninggal, Susilo mengambil alih kepemimpinan di Gudang Garam. Di bawah kendali Susilo, Gudang Garam semakin jaya sebagai produsen rokok terbesar di Indonesia.

Gudang Garam juga merambah pasar internasional. Saat ini jumlah karyawan Gudang Garam sudah mencapai puluhan ribu.

Salah satu orang yang namanya masuk ke dalam daftar #CrazyRichSurabayan ini adalah Eddy William Katuari. Pria ini adalah bos dari Wings Group yang memproduksi sabun colek bernama Wings Biru.

Berdasarkan majalah Forbes, yang dikutip detikFinance, Rabu (19/9/2018) Eddy pernah masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia, kekayaanya mencapai US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 25,1 triliun (kurs Rp 14.800).
Wings Group adalah sebuah perusahaan yang memproduksi kebutuhan rumah tangga, consumer goods dan produk kesehatan. Wings Group memproduksi sabun colek, deterjen hingga mie instan.

Perusahaan keluarga ini awalnya didirikan oleh Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada 1948 di Surabaya, bernama Fa Wings. Saat itu usahanya adalah membuat sabun batangan di rumah.

Bahan yang digunakan adalah campuran dari minyak kelapa dan Soda Abu. Wings Group juga memproduksi sabun Giv, sabun Nuvo, Daia dan So Klin Pewangi.

Saat ini Wings telah menjadi perusahaan besar yang mengekspor produk-produknya ke seluruh dunia sejak berdiri 60 tahun yang lalu di Jawa Timur.

Wings saat ini telah diakui sebagai produsen lokal dan distributor untuk produk rumah tangga dan produk perawatan pribadi yang terkemuka. Kombinasi antara ilmu pengetahuan dan teknologi manufaktur yang mutakhir akan tetap membuat 'Wings' berdedikasi untuk menyediakan produk-produk berkualitas dengan harga yang terjangkau sesuai dengan visi perusahaan.


Pengusaha Murdaya Poo masuk dalam daftar #CrazyRichSurabayan. Ia memang orang Surabaya yang tajir melintir. Bahkan, Murdaya saat ini masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.

Sebagai konglomerat, selain berbisnis Murdaya juga memiliki hobi olahraga. Olahraga yang digemari oleh Murdaya adalah golf. Saat ini Murdaya merupakan ketua pengurus besar persatuan golf Indonesia (PB PGI).

Murdaya memang sangat mencintai golf. Ia sangat menyukai olahraga ini, selain bermain, Murdaya juga memiliki beberapa kursus golf di Indonesia. Selain itu dia juga memiliki kursus golf tingkat internasional.

Tak heran, Murdaya pernah menyabet penghargaan di Asia Pacific Golf Summit Gala pada 2014 lalu. Sebagai pecinta golf, Murdaya menilai jika olahraga ini sangat ekslusif. Namun ia ingin mengubah golf menjadi olahraga yang membaur dengan masyarakat. Caranya, ia sering menggelar turnamen golf tingkat internasional dan ia membawa nama Indonesia ke SEA Games dan Olimpiade untuk cabang olahraga golf.

Ia memiliki kekayaan sebesar US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 25,16 triliun (kurs Rp 14.800).

Jika anda pernah ke Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang digelar di Jakarta International Expo (Jiexpo) di Kemayoran. Anda akan menyaksikan ruangan pameran berukuran besar. Nah Jiexpo merupakan milik dari Murdaya Poo ini.

Murdaya Poo juga merupakan pemilik Jakarta Convention Center (JCC) sebuah tempat pertemuan yang ada di kompleks Gelora Bung Karno (GBK).

Tak hanya gedung pertemuan, Murdaya Poo juga memiliki bisnis pengembang properti elit yakni PT Metropolitan Kentjana yang lebih dikenal sebagai Pondok Indah Group. Jadi bisa dibilang kawasan perumahan elit Pondok Indah adalah 'wilayah kekuasaanya' Murdaya Poo. Kawasan Puri Indah juga 'dikuasai' oleh Murdaya.

Metropolitan Kentjana memiliki bisnis mall, tempat tinggal, perkantoran hingga hotel. Ia juga memiliki bisnis perkebunan sawit.

Dato Sri Tahir, adalah orang Surabaya yang tajir melintir, namanya masuk dalam 10 daftar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2018. Kekayaanya saat ini tercatat US$ 3,5 miliar atau setara dengan Rp 51,8 triliun (kurs Rp 14.800).

Tahir adalah putra asli Surabaya, Mayapada Group adalah perusahaan miliknya yang sukses sejak puluhan tahun lalu. Perusahaanya memiliki sejumlah unit bidang usaha seperti perbankan, TV berbayar dan media cetak, properti hingga rumah sakit.

Pria ini hobi membagi-bagi uangnya alias dermawan. Ia gemar menyumbangkan harta untuk kemanusiaan. Tak hanya di Indonesia, Tahir juga kerap menyumbangke negara lain, ia sering berkeliling dunia untuk menyalurkan bantuan.

Tahir juga pernah memberkan sumbangan dengan bermitra Bill & Melinda Gates Foundation. Ia mengucurkan sebesar US$ 75 juta atau sekitar Rp 997,5 miliar saat itu kurs masih Rp 13.300. Sumbangan ini diberikan untuk The Global Fund dalam melawan TBC, HIV dan Malaria di Indonesia.

Dia menjelaskan, dirinya melakukan hal itu bukan untuk mencari panggung untuk pamer. Menurutnya, berbagi kepada sesama merupakan kebutuhan dasar yang diajari oleh orang tuanya. Dengan memberikan sumbangan miliknya, dia akan terus mengingat masa lalunya yang juga pernah mengalami kesusahan.

"Memberi merupakan cara kami memperkuat diri ketika masih hidup dalam belitan kesusahan. Memberi adalah sumber semangat kami. Dan ketika saya telah berkembang menjadi seorang bankir yang relatif berhasil, tentu saja apa yang beri sepadan dengan apa yang saya miliki," katanya dikutip dari berita detikFinance edisi 20 Maret 2018.

Lebih lanjut Tahir mengaku tak masalah bila orang yang dibantunya juga tak mengenal siapa dirinya. Sebab, memang Tahir mengatakan niatnya dari awal hanya sekadar membantu sesama. Konglomerat ini hanya menginginkan agar bantuan yang diberikannya selama ini dapat bermanfaat bagi orang-orang.

Hide Ads