Darmin menyampaikan hal ini saat berbicara soal produktivitas lahan pertanian, di Istana Presiden, Jakarta, Kamis (20/9/2018). Menurutnya untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian bisa melalui alsintan dan bantuan pupuk bersubsidi, namun konsepnya belum pasti.
Bahkan, menurut Darmin, petani justru tak cocok dengan alsintan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rakyatnya belum senang, nggak cocok dia bilang wong tanah kita petaknya kecil-kecil. Mungkin lebih baik ada mekanisme voucher yang ada subsidinya sehingga kita tahu dia senangnya apa. Ini belum jalan," sambung Darmin.
Selain alsintan, Darmin juga menyoroti soal pupuk bersubsidi. Pasokan pupuk bersubsidi masih menjadi persoalan di kalangan petani.
Para petani mengeluh susah mendapat pupuk subsidi saat dibutuhkan.
"Salah satu keluhan di masyarakat, pupuk subsidi susah pada waktu yang dibutuhkan tapi berkali-kali saat mereka perlukan susah dapatnya. Mekanisme kita, pabrik pupuk subsidinya besar itu bagian blok kedua yang belum tuntas," kata Darmin.
Persoalan lainnya penggilingan padi tidak dilengkapi dryer atau mesin pengering. Alat ini sangat dibutuhkan saat panen padi di musim hujan, seperti yang terjadi tahun ini.
"Panen raya kita Maret dan itu hujan, apalagi Februari, sehingga beras yang dihasilkan di panen raya kualitasnya jelek karena tidak ada dryer," terang Darmin.
Darmin menambahkan pemerintah akan membantu para pemilik penggilingan, terutama yang skala kecil, bisa membeli dryer lewat program kredit usaha rakyat (KUR). Mesin dryer diprioritaskan buatan dalam negeri.
"Mekanisme sedang coba melalui KUR sehingga penggilingan kecil bisa mengkredit dryer yang buatan dalam negeri. Kalau mahal-mahal nggak sanggup KUR. Paling-paling Rp 350 juta dan itu KUR mampu," tutur Darmin. (hns/fdl)











































